Minggu, 04 Agustus 2013

What Zen Thinks about Garasu no Kamen/Topeng Kaca? (Manga)

Kali ini saya mau nostalgia dengan manga shoujo favorit saya sepanjang masa. Topeng Kaca...


Topeng kaca adalah Seri buah tangan dari Suzue Miuchi.  Awalnya diterbitkan oleh majalah Hana no Yume, kemudian menjadi serial tersendiri sejak tahun 1976.

Topeng Kaca atau Garasu no Kamen adalah kisah tentang dunia teater yang menceritakan Maya Katajima. Seorang perempuan muda yang awalnya hanyalah seorang gadis biasa yang tidak ada keistimewaan. Dia tidak pintar, tidak cantik (dimata orang lain), bahkan cenderung ceroboh. Namun, dia punya kemampuan yang khusus dan tidak banyak yang menyadarinya.  Yaitu kemampuan dalam dunia akting dan drama.  Dia mampu menghafal seluruh dialog drama cukup dengan sekali menonton secara detail tanpa kurang sedikitpun.  Saat dia di panggung, dia mengambil alih panggung sepenuhnya hingga seluruh mata terpesona dengan dirinya.



Tsukikage menyadari itu dan ingin mengembangkan potensi Maya Katajima dengan menyekolahkannya di sekolah teaternya secara gratis. Namun, hal tersebut ditentang mati-matian oleh Ibu Maya.  Walau akhirnya Maya tetap memilih ingin menjadi artis.



Di sanalah Maya bertemu dengan Rival Abadinya yaitu Ayumi Himekawa. Ayumi berbeda dengan Maya, dia disebut-sebut terlahir dengan bakat alamiah yang diturunkan dari Ibunya yang merupakan artis terkenal murid langsung dari Tsukikage. Utako Himekawa, namun sebagai Rival Ayumi bukanlah tipe orang yang suka mencemooh rivalnya, dia justru orang yang amat mengenal Maya dan sadar bahwa Maya yang lebih hebat dari dirinya, berlawanan dengan yang orang lain katakan bahwa Ayumi jauh di atas Maya.


Intrik dalam manga ini tidak lepas dari Masumi Hayami, seorang penguasa dalam dunia keartisan Jepang.  Dia selalu membuat Maya marah dan benci dirinya karena berkali-kali merusak pentas dan rencana Maya.  Namun, saya akan sebut bahwa romansa antara Masumi Hayami dan Maya Katajima adalah romansa paling tarik-ulur yang pernah aku baca.  Alasannya amat logis, selain umur yang berbeda jauh, status sosial di era Jepang saat itu masih amat menghadang hubungan mereka berdua.  Walau begitu, di tengah-tengah mereka ada juga saingan, yaitu Sakurakoji dan Shiori.


Dari segi artwork. Topeng Kaca adalah Manga Shoujo Klasik bisa dilihat dari gaya gambarnya. Di mana mata cewek besar dan tubuh yang proporsional.  Dari segi Story, Topeng Kaca benar-benar menunjukkan dunia keartisan yang sebenar-benarnya.  Bagaimana Maya latihan, pentas, konflik semua disajikan apik oleh sang mangaka Suzue Miuchi.  Inti dari story manga ini adalah Maya disebut-sebut sebagai calon penerus Bidadari merah... begitu juga Ayumi.  Jadi bagaimana mereka bisa jadi sang Bidadari Merah yang disebut sebagai sebuah masterpiece di dunia drama.

Tsukikage adalah pemeran dari Bidadari Merah dan juga orang yang punya hak paten soal siapa penerus Bidadari Merah selanjutnya.  Namun, banyak pihak yang mau merebut hal tersebut dari Tsukikage, termasuk Ayah Masumi dan Onodera.

Penggambaran saat pentas atau saat berakting di manga ini sangat briliant.  Pembaca bisa merasakan bagaimana suasana pentas, bahkan tanpa musik.  Namun, dari gambar saja kita sudah tahu bagaimana nuansa yang terjadi dalam pementasan.  Saya berkali-kali dibuat kagum dan jalannya pementasan mengalir begitu saja di kepalaku layaknya sebuah film.

Manga Topeng Kaca, bukanlah manga singkat.  Sampai sekarang lebih dari 50 seri, mungkin orang bakal bosan dengan ceritanya, tapi jujur saya masih menikmati setiap seri yang saya miliki dari manga ini.  Karena setiap serinya punya konflik yang berbeda. Karena itu seri dalam manga ini punya Sub judul yang menyatakan Arc-nya.  Seperti Topeng Kaca : Bidadari Merah, Topeng Kaca : Dua Akoya.

Salah satu yang sempat mengecewakan adalah manga ini sempat berhenti dilanjutkan oleh sang mangaka, bahkan Isu meninggalnya Suzue Miuchi terdengar di mana-mana.  Syukurnya itu tidak terjadi dan 30 tahun kemudian Topeng Kaca kembali dalam versi Deluxe yaitu kompilasi dari manga topeng kaca, sementara versi utamanya mulai terbit kembali.

Manga ini amat terkenal dan booming di masanya.  Diadaptasikan ke anime dan di remake dalam versi lebih baru.  Perbedaan paling mencolok adalah pada gambar Ayumi Himekawa.

Ayumi Himekawa Lama(kiri) dan baru (Kanan)
Tidak cuma Anime, Topeng kaca juga menjadi dorama sekitar 20-an episode.


Walau banyak adegan klise di manga ini. Tapi, kembali ke 30 tahun lalu. Jelas masa itu belum klise.  Manga ini saya amat nikmati dari segi karakterisasi, saya sangat salut, plot dan konflik tertata dengan jelas. Karena perjalanan artis itu memang panjang.  Jika disuruh memberi secara subjektif Final Verdict untuk manga ini saya berikan 10/10 ini adalah manga legendaris.  Namun, di masa-masa sekarang mungkin tidak begitu banyak yang tertarik dengan manga klasik begini, tapi jika kalian masih tertarik kisah-kisah drama klasik Topeng Kaca jelas adalah salah satu pilihan terbaik.

Terima kasih sudah membaca review ini. Jangan lupa dengar apa kata Yui di samping ==>

Sampai jumpa hingga saya memikirkan sesuatu yang lain lagi.

Jumat, 02 Agustus 2013

What Zen Thinks about Final Fantasy Origins/Final Fantasy 1 and 2? (Games)

Ini adalah review pertamaku untuk longway achievement of my RPG Experience, Memainkan Final Fantasy Seri utama 1-10.  Saya telat sekali, karena satu hal.  Saya akan jelaskan di review ini.  Saya akan mulai dengan Final Fantasy 1.

Here we go.


Saya memainkan Final Fantasy I di versi remake di Gameboy Advance dalam satu kompilasi Final Fantasy I & II : Dawn of Souls.  Dimana grafisnya sudah terlihat membaik, juga navigasi lebih baik, juga item storage lebih baik.


Pertama saat kamu memainkan game ini yang kamu lakukan adalah memilih karakter. Tidak cuma satu, tapi empat orang and you stick with them until the end.... no other character you will find in the journey. Dipilih berdasar Class dari Warrior, Monk, Thief, White Wizard, Red Wizard, dan Black Wizard.  Setiap karakter punya kemampuan masing-masing dan pemilihan mereka amat menentukan jalannya pertarungan di dalam game.


Satu hal yang saya kurang suka dari game ini adalah mereka tidak adil dalam memberikan weapon set pada setiap class.  Saya akan usulkan jangan pilih monk sebagai main character.  Pick the Knight karena mayoritas weapon is for him!  jika dia tidak ada dalam pilihanmu, maka kamu akan benar-benar dalam masalah.  Worst class in the game is monk.  Dia tidak bisa gunakan magic, dia punya equipment sedikit dan stat growingnya sucks.

Mari kita ke gameplay.  Gameplay RPG era 80-an dimana Nintendo masih berjaya.  Jelas Turnbased combat is the mechanism. Namun, tentu saja walau sudah mengalami remake berkali-kali, tetap saja menggunakan sistem dimana karakter menyerang dari kejauhan dan kena di ujung.


Game ini tidak punya character developer. Semua karakter adalah silent protagonist yang tidak pernah bicara dan tidak pernah menunjukkan karakter mereka.  Mereka hanyalah orang-orang yang ditugaskan untuk mencari empat kristal elemen untuk menyelamatkan dunia dari sebuah kekuatan jahat. Yeah, formula klise, tapi jika kita melihat ke era 80-an. It's cool concept.

Story-nya yah seperti itu, ada beberapa twist di sepanjang jalan, tapi itu tidak terlalu ngena karena no character developer.  This party just go journey from beginning to the end and meeting people and you forgot about... 30 minutes.  Itu seperti... Who I talked with before?

Soal tingkat kesulitan, this game is not the combat, is not the enemy, is not the system, its... a clue.  Yeah, RPG adalah game di mana kamu berjalan keliling bertanya pada orang-orang kemana kamu harus lanjutkan perjalanan.  Ada saat-saat di mana kamu berhasil menemukan satu kristal dan... it's end there.  Tidak ada petunjuk kamu harus kemana.  No, just nothing.  Eksplor lagi dan cari lagi kemana harus pergi.

Salah satu bagian yang bener-bener kriptik di game ini adalah menemukan airship.  Saya sampe stress menemukannya.  Bener-bener stress karena tempatnya begitu tersembunyi dan petunjuk diberikan orang-orang just lead you to nowhere.

Lagi pula siapa yang menyimpan airship di bawah gurun pasir?


Boss battle menurut saya bagus, tapi tidak begitu menarik dan memorable.  Bahkan sang final boss di sini adalah twist, tapi dia begitu forgotable saya bahkan lupa siapa namanya.

Music di game ini yah lumayan, tapi tidak bener-bener trademark hingga membuat saya... langsung ingat itu Final Fantasy 1 saat saya mendengarnya tidak sengaja.  NPC di game ini juga ada yang annoying.  seperti yang satu ini.


She not move from there.

Baik, is not much to say about this game. It's classic and they keep that way.  Final verdict untuk Final Fantasy I adalah 6/10. Is just average RPG from what it is.

Sekarang mari kita lanjut ke Final Fantasy II


Karena di FF I tidak ada yang namanya Character Developers di game ini, kita punya main Character. Firion, Maria dan Gus/Guy.  Final Fantasy II sebenarnya paling enak dimainkan di Gameboy Advance yaitu Dawn of Souls, tapi saya mainkan di versi PS 1 yaitu Final Fantasy Origins.

Saat memulai kamu bisa memberikan nama buat karakter-karaktermu.  Lalu muncullah sebuah FMV (this one only in PS 1 Version) walau saya melihat karakternya tidak begitu mirip dengan gambar yang ada.  Maria tidak terlihat seperti Maria.  Tapi, grafisnya bagus.

Ceritanya tentang Firion, Maria, Gus dan Leon lari dari kejaran prajurit yang membantai desa mereka.  Di situ kamu dipaksa masuk ke dalam combat system and got slaughtered by them.  Kemudian kamu terbangun di sebuah tempat bernama Altair bertemu dengan Princess Hilda.  Inti ceritanya adalah kamu berusaha untuk membantu Hilda mendapatkan kembali kekuasaannya sebagai seorang Putri.

Dalam segi story, saya suka Final Fantasy II, karena punya karakter developer, punya plot yang lebih jelas, ada beberapa adegan sentimentil juga adegan stupid.  like this one...


Gameplay masih sama dengan Final Fantasy I with the multiple annoying things!

Yah masih dengan sistem menyerang dari kejauhan dan sampe di ujung.  Magic bisa ditentukan mau fokus ke satu musuh atau buat serangnnya berpencar dan mengenai semua musuh. That's cool!  Navigasi lebih baik, aku rasa.  Storage sistem di versi PS 1 is really bad.  I mean, really bad.

Bagaimana sistem RPG kebanyakan dalam sistem storage? like this? Potion x20 berarti kamu punya 20 Potion.  Not like this game.  Sistem storage di game ini seperti ini.

Potion                            Potion
Antidote                         Antidote
Potion                            Potion

mereka tidak merecap satu jenis item dalam satu kelompok dengan kata lain setiap item memakan satu space dari item storage dan Item Storage sangat terbatas hanya 64 item, lebih lagi kamu harus menyimpan item-item penting. Semakin jauh perjalanan, semakin sedikit storage yang kamu miliki.

Untuk mendapatkan Clue, kamu mendengarkan orang bicara dan dia akan menyebutkan kata kunci. Kamu learn atau memorize kata kunci itu dan tanyakan lagi pada orang yang sama atau orang lain.  Untuk memberi Item, tidak serta merta kamu memberi item tersebut, tapi kamu pilih.


Jika kalian lakukan ini secara lengkap bisa membawa kalian ke senjata terbaik di game.  Karena itu gathering clue di sini rasanya lebih baik dibanding game sebelumnya, tapi tidak terlalu bagus.  Kadang orang-orang ini menyuruh kamu pergi ke suatu tempat tanpa memberi di mana arahnya. Kenapa tidak bilang, Finn is north of Altair. Give us a clue!

Siapapun yang main Final Fantasy II tahu bahwa level up sistem di game ini berbeda dari kebanyakan RPG. Not experience kinda level up, but your stat increasing depend on what you do in combat.  Seperti ini, buat naikin strength karaktermu harus sering pukul musuh, untuk naikin magic karaktermu harus sering keluarkan magic, untuk naikin defense karaktermu harus sering kena pukul... (I AM SERIOUS!) seperti itulah.  Tidak cuma stat, weapon skills juga meningkat ditentukan oleh berapa sering kamu gunakan weapon tersebut. So every character punya potensi yang sama.   Mereka bener 0 di awal, dan dibangun sesuai kehendak pemain.

Most of gamer gonna hate this system. Including me...  Saya memainkan game ini sekitar 1 jam dan saya langsung bilang, "SCREW IT, Where cheat list?" karena naikin level it's so pain in the ass.  I like grinding in game. Dimana kamu gunakan waktumu untuk melawan musuh berkali-kali menaikan level sampe karaktermu overlevel dan akhirnya perjalanan bisa lebih mudah untuk di lewati.  Di game ini, saya nyaris mikir, fight random encounter is pointless.  Di mana karaktermu tinggal attack, attack, attack. yeah Strength-nya naik, tapi defensenya tidak akan naik.

Game ini juga punya isu serius tentang random encounter. No kidding, just three step and... is random enemy appear dan transisi dari sistem perjalanan ke sistem battle butuh waktu cukup lama.  That's why, when you play in emulator, you keep press fast forward button.

Dungeon.  Oh my god.  Salah satu dungeon paling kriptik... ada di game ini.  So many wild guess you have to take. Oke, it's okay if there no RANDOM ENCOUNTER!  Bagaimana sebelnya jika kamu coba pecahkan puzzle dan setiap tiga sampe sepuluh langkah kamu harus hadapi musuh yang sama terus dan terus.

That's it Final Fantasy II for me. Saya ga mau ngebacot terlalu lama.  Lagi pula saya harus lanjut ke Final Fantasy III.  Saya berikan Final Verdict untuk Final Fantasy II... 4/10 Banyak yang bilang ini adalah worst FF in the series.  I have to agree.

Itulah yang saya rasakan dari dua Final Fantasy Seri utama.  Apa yang kalian pikirkan soal game ini, dengarkan saja apa kata Yui di samping ==>

Sampai jumpa hingga saya pikirkan Final Fantasy selanjutnya.