Minggu, 23 Februari 2014

What Arai Thinks about Fractale? (Anime)

Guest Review dari Kagetsuki Arai...

Fractale



Ditulis oleh Hiroki Azuma, Mari Okada dan Yukata Yamamoto.
Diilustrasikan oleh Mutsumi Akasaki dan diterbitkan oleh Square Enix.

Hiru no hoshi ni
Negai wo sasagu nara
Itsuka no mado
Akari tomoshiteta

Fractale, Dibuat oleh A-1 dan Ordet, diproduseri oleh Yutaka Yamamoto (yang juga andil dalam Suzumiya Haruhi dan Kannagi serta orang yang lagi diributin si Adhitya Daniel karena bikin Wake Up, Girls!) adalah anime yang rilis tahun 2010.

Sudah dapat anime ini dari lama, tapi baru sempet nonton tadi malam. Awalnya, saya nonton anime ini karena ada Hanakana-san, tapi kemudian jatuh cinta sama Nessa dan bagaimana Lost Millenium. Impresi terakhir saya sederhana, Ini adalah Eureka Seven yang lebih pendek dan lebih mudah di mengerti.



Cerita bermula di sebuah dunia dimana sebuah system terintegrasi mirip facebook telah digunakan di seluruh dunia. Manusia tidak perlu lagi bertatap muka langsung untuk berkomunikasi dan bisa menggunakan sebuah Avatar sebagai pengganti ‘fisik’ mereka. Bukan hanya itu, Sistem yang disebut ‘Fractale’ ini telah membuat hidup lebih mudah.

Dampaknya?

Di sisi positif, Sistem ini mampu memberikan perawatan jarak jauh pada pasien. Kehidupan secara general disebutkan semakin mudah.

Di sisi negatif,  Manusia mulai hidup sendiri-sendiri, berpindah-pindah demi mencari sinyal dan kehilangan hubungan dekat seperti keluarga dan teman atas nama kebebasan.

“Kalau kita tinggal satu rumah, bukankah itu bukti bahwa kita tidak saling mempercayai satu sama lain?”

Lalu kita dikenalkan pada Clain, seorang bocah eksentrik yang menyukai benda antic.

“Benda antic benar-benar ada di sini. Bukan data seperti Fractale.”



Karakter

Clain, Di awal, dia ngingetin sama Renton. Dia bukan orang yang suka sama keadaan dunia yang sekarang dan berharap bisa kabur dari hidupnya yang sekarang. Kemudian Phryne Datang dan dia dibikin kalang kabur. Nggak kayak Renton, Clain punya keraguan di awal. Karena status dia yang nggak tahu apa-apa baik soal Fractale System maupun Lost Millenium, dia bener-bener orang baru, galau antara mana yang lawan dan mana yang kawan. Pada akhirnya, prioritas dia adalah untuk melindungi orang yang dia sayang, Phryne dan Nessa.

Phryne, dia adalah cewek yang nyentrik. Saya bener-bener ga dapet impresi gimana hidupnya waktu di kuil. Tipikal cewek Ignorant yang nggak sungkan-sungkan buka baju di depan cowok dan keliatan susah mengerti apa yang ada di kepala orang-orang, In a way, That's comedy. Namun waktu background story dia dibuka, Saya ga bisa ketawa lagi.

Nesa,



Sunda, A Bastard Leader of Lost Millenium, At first. sepanjang waktu berjalan, Dia keliatan baik dibandingkan sesama pemberontak yang lain. Awalnya saya mikir berat kenapa dia gabisa pegang Nessa ("Orang Yang nggak suka Nessa nggak bisa menyentuh Nessa"), Namun kemudian paham kalau dia bukan nggak suka, dia mencoba untuk nggak terlibat sama Nessa karena posisi dia sebagai pemimpin pemberontak. Sunda mengajarkan banyak hal pada Clain dan kemudian memberikan pilihan pada Clain, mau dunia yang seperti apa yang ia ingin buat setelah pemberontakan selesai?

Enri, Resisdence of Tsundere di anime ini. Mungil dan tomboy tapi bisa nembak orang tanpa ragu --Meski tembakannya ngaco sih-. Kekuatannya bertumpu pada karakternya yang meski dia bilang benci pada Fractale system, Dia bisa warming up sama Nessa dan Phryne. Punya brother complex yang menyusahkan dan karakter dia beneran saya kagumi waktu dia pura-pura sok kuat meski tahu bahwa Sunda nggak ada kesempatan untuk tetep hidup di final episode.

Plot


Plot-nya berjalan enteng di awal, dikasik komedi dan drama yang enteng sambil pelan-pelan dikasih tahu gimana sebenernya Fractale itu dan gimana sih Lost Millenium itu. di sini nggak ada yang baik maupun buruk, Baik Fratale maupun Lost Millenium adalah sebuah kelompok yang punya ideologi masing-masing dan memperjuangkan apa yang mereka percaya.



But, There are many bastard here and there who really there to make us hate them.

Take Gail, for example. Dia bukan dari Lost Millenium maupun Fractale Temple, tapi dari sisi manusia yang terlanjur nyaman sama apa yang diberikan oleh Fractale. Hasilnya? Dia bakal melakukan apapun untuk tetap menikmati kenyamanan.

Oh, Human! You bastard!

Apa yang saya pelajari?

Teknologi ada bukan untuk kita bergantung. Yups, Teknologi mempermudah kehidupan, tapi bukan berarti kita harus menyerahkan semuanya ke teknologi. Teknologi gapunya yang namanya 'Kehangatan' , Dari facebook kita juga gabisa ngasik 'Senyuman' yang sejati. di sisi lain, bukan berarti Teknologi itu sepenuhnya buruk. Banyak yang bener-bener bergantung pada teknologi karena mereka memang ga punya pilihan lain.

Terima kasih untuk Kagetsuki Arai telah bersedia menaruh Reviewnya di blog saya.

Jadi apa kalian sudah menonton Fractale, jika sudah apa pendapat kalian tulislah komen kalian di bawah dan jika belum apa review ini membuat kalian tertarik menontonnya?

Jadi Apa pendapat kalian soal Social network di masa sekarang.  Apapun itu komen di bawah...

Terima kasih sudah membaca review ini dan jika kalian punya unek-unek, review akan sesuatu, kalian bisa post di sini dan sampai jumpa di Guest Review yang lain...

Jumat, 21 Februari 2014

What Zen Thinks about Tales of The Abyss? (Game) With Herjuno Tisnoaji (Nostalgia Review)

Nostalgia Review adalah review dari game, anime, movie, novel lama yang saya pernah nonton, mainkan, atau baca.  saya akan menjelaskan lebih detil dan mendalam, karena itu Review ini akan spoiler.  You been warned…

Zen        :
“Saya Pertama Kali main Tales of The Abyss itu saat saya di Malang dan saya melihat teman saya memainkannya, saya jadi ingat Star Ocean. Karena sistemnya Realtime fight.  Kalau Herjuno sendiri, pertama kali kenal Tales of the Abyss kapan?”

Herjuno :
“Kapan pertama kali kenal Tales of the Abyss? Kalau nggak salah, sekitar tahun 2007-2008”

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/7/76/Talesoftheabyss_us.jpg


Zen        :
“Tahunya dari mana? Dari temen, dari rekomendasi misalnya?”

Herjuno :
“Waktu itu, saya memang lagi suka dengan J-RPG yang--kriterianya--"memiliki ilustrasi anime", seperti Radiata Stories dan Steambot Chronicles (keduanya di-publish oleh Atlus, omong-omong). Saya memilih game ini sendiri sebenarnya juga bisa dibilang kebetulan, karena, well, saya suka premis dan ilustrasinya saja ketika sedang mencoba-coba game di tempat penjualan game. Waktu itu, di toko game kan boleh mencoba game, jadi saya, sekali lagi, kebetulan menemukan Tales of The Abyss.  Sepertinya, ketika mencoba, saya tertarik dengan environment-nya, dan juga battle system-nya. Saya sempat mencoba sampai tutorial battle-nya, dan saya merasa tertarik.”

Zen        :
“Sementara saya saat itu pinjam sama teman. Soalnya game ini sama sekali tidak pernah terlihat di kotaku. Jadi saya coba dan tertarik sekali, Ingat tutorial sama si Van. Premis awal cerita kita langsung dibawa tentang sejarah Fonon dan Dewi yang ada di luar angkasa itu. Siapa lagi namanya?"

Herjuno :
“Yulia secara sekilas dia tampak sebagai Dewi Fonon.”

Zen        :
"Mari kita bicarakan soal Gameplay. Dari Menu screen yang ada. Saya harus bilang, saya agak merasa terbatasi karena inventory hanya bisa menampung 16 item per jenis. Menurut Herjuno bagaimana? Sementara Star Ocean saja maksimal 20 Item Per Jenis."

Herjuno :
“Iya, makanya. Tapi, regardless, bagi saya, ada item yang kalau 16 saja nggak cukup: Magic Lens. Tidak seperti game-game RPG lain, Tales of The Abyss (atau game Tales secara umum) tidak secara otomatis menampilkan status dari musuh kita--bahkan meskipun musuh itu bukan boss. Secara otomatis, jika kita ingin mengetahi status musuh (seperti HP dan kelemahannya), kita perlu mengandalakan Magic Lens. Nah, makanya, Magic Lens itu, bagi saya, termasuk item penting yang perlu bisa dibawa banyak dalam sekali angkut. :3”

Zen        :
“Hehe, Yah inventory yang bener-bener dibatasin itu salah satu kendala di dalam game ini. Apa lagi saat kita suka melakukan Combo magic dan attack. Energi karakter akan cepat sekali habis karenanya dan tidak ada suppli jika kita terlalu jauh di dalam Dungeon. Tapi, setidaknya Energi karakter bisa bertambah jika kita menyerang tanpa menggunakan skill.”

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/7/79/Tales_of_the_Abyss%E2%80%94Gameplay_2.jpg


Herjuno :            
“Ya, memang, untungnya bisa regenerasi, jadi tidak perlu mengandalkan item.”

Zen        :
“Game ini juga memberikan Fighting mode yang benar-benar nyaman yaitu no random battle. Musuh akan kita lawan jika kita sentuh dan terlihat. Tidak sekedar jalan dan BUM. Random Encounter. Bahkan ada Item yang bisa membuat musuh menjauh, bagi saya itu sangat-sangat bagus.”

Herjuno :
“Iya. Tales of The Abyss itu termasuk tipe game yang memungkinkan kita untuk memilih musuh mana yang akan kita lawan. Jadi kita bisa bisa menghindari musuh-musuh yang levelnya jauh di atas kita untuk menyelamatkan diri (dan menghemat item) atau jauh di bawah kita untuk menghemat waktu”

Zen        :
“Sementara untuk genre PS 2, sistem battle mode-nya amat inovatif. Ada empat karakter yang playable, bisa mengendalikan salah satu karakter, bisa kombinasi serangan dan skill, dan karakter yang tidak dimainkan juga dapat EXP walau separuh EXP-nya.  Jangan lupa saat memenangkan battle, kadang terjadi percakapan lucu. Salah satu yang paling memorable adalah percakapan Anise dan Jade soal kenapa Jade begitu kuat.  kalo menurut juno, sistem battle game ini bagaimana? Saya sih, merasa amat aktif. Karena ini sistem realtime. Bahkan bisa multi player sampe 4 player”

Herjuno :
“Battle dalam serial Tales itu memiliki sistem unik yang membedakannya dengan battle lain. Nama dari sistem battle ini kan Linear Motion Battle System (LMBS) di mana pergerakan karakternya hanya dibatasi dalam cakupan area dua dimensi (meski, nantinya, kita bisa membawa para karakternya untuk bergerak ke sana kemari dengan tombol tertentu).  Selain movement, hal yang saya sukai adalah personalisasi artes, baik karakter yang kita kendalikan maupun tidak.  Personalisasi artes memungkinkan kita untuk melancarkan serangan seefisien mungkin; damage maksimal dengan penggunaan TP yang efisien.  Adapun personalisasi artes bagi karakter lain berguna baik untuk menyerang (seperti mendayagunakan elemen untuk mengaktifkan Field of Fonon) maupun untuk bertahan (seperti penggunaan artes suportif seperti First Aid).  Instruksi ke karakter lain untuk melancarkan artes semacam Heal itu berguna jika kita mau menghemat atau sudah kehabisan item-item penambah HP seperti Apple Gel.

Zen        :
“Karena itu begitu banyak variasi dalam sistem battle ToA. Itu membuatnya menarik. Tidak lupa tantangan dalam game bisa disesuaikan. Mau Easy, Medium, Hard, Bahkan Very Hard. Boss Battle juga epik dan menantang. Over Drive dan Mystic Arts yang keren abis.”

http://i1.ytimg.com/vi/37NdUGyBpeQ/hqdefault.jpg


Herjuno :
“Ah, ya, itu. Sebenarnya ini merupakan sistem yang jamak dalam J-RPG sih (seperti Limit Breaks dalam serial Final Fantasy), tapi memang, setiap game punya sistem yang khas.  Favorit saya itu punya si Jade.”

Zen        :
Oke, sekarang kita ke Grafis. Grafis dari Tales of the Abyss adalah Anime Style dengan lingkungan 3D. Gambarnya terkesan halus dan nyaman dipandang. Juga repsentasinya pada setting sesuai sekali.  Kalau menurut Herjuno gimana soal grafisnya?

http://farm8.staticflickr.com/7058/6811127078_3f1d8d5192_n.jpg


Herjuno :
“Setahu saya serial Tales memang identik dengan wana-warna cerah, jadi enak dipandang.
Apalagi ada sisipan anime sebagai alternatif FMV, jadinya lebih variatif.  Saya juga suka desain karakter dan kostumnya--terlebih kita juga bisa mengganti-ganti kostum dari karakter.  Untuk representasi setting, saya suka penggambaran dari setiap daerah/kota. Tampak memiliki ciri khas masing-masing.  Sebagai contoh Chesedonia yang merupakan kota padang pasir itu digambarkan dengan baik dari segi bangunan-bangunan dan terrain-nya (gersang dan dominan warna cerah). Hal ini dapat dikontraskan dengan City Of Yulie Jue, yang ddidominasi dengan warna yang suram (ungu) sehingga suasananya beda.”

Zen        :
“Yah, saya setuju soal itu. Sekarang kita lanjut ke Story.  Menurut saya Story dari Tales of the Abyss is Legendary.  Bermula dari Kisah Luke Fon Fabre yang seorang Douchebag, yang pelan-pelan mulai belajar untuk saling mengerti dan jadi Hero.  Jujur saja, saya kesal sekali sama Luke, saya bahkan berpikir, “Is this really our hero?”  yah seperti itulah.  Juga kita bincangkan tentang judulnya, Kisah tentang Abyss. Abyss di sini maksudnya apa, Herjuno?”

Herjuno:
“Pertama, saya bicarakan judul dulu. Menurut saya, "abyss" ini mungkin mengacu kepada Qliphoth, realm yang ada di bawah Outer Land.
Dari penampilannya saja Qliphoth kan memang sudah tampak "suram", terutama karena pengaruh miasma yang mengelilinginya.
Tapi, kenapa Abyss, dan bukannya, semisal, Kimlasca atau Mallkuth begitu, saya kurang tahu.”

Zen        :
“Menurut saya sih, justru Abyss di sini adalah Miasma. Karena kisah ini fokus dalam melenyapkan Miasma dari seluruh dunia.”

http://25.media.tumblr.com/tumblr_lftyjg3JB41qgvvtno1_500.jpg


Herjuno :
“Bisa Jadi.  Jadi cerita Tales of The Abyss intinya adalah Dimulai dari karakternya, Luke fon Fabre yang memiliki karakteristik antihero (sombong, manja, mau menangnya sendiri).  Tapi di sepanjang cerita dia menyadari sifat buruknya itu dan mau berubah.  Sampai kemudian, ia menemukan siapa sebenarnya sendiri, which is, actually rather a surprise.  Memang, dengan penempatan Luke sebagai karakter utama, penyampaian plot-konflik menjadi lebih meaningful. Tales of The Abyss sendiri mungkin satu dari beberapa game yang pernah memainkan yang memiliki pesan moral yang banyak. We can virtually learn something from each character.  Impresi? Seperti yang saya bilang, plotnya tertata--baik dari segi plot utama maupun subplot. Saya sendiri memang suka tipe cerita yang setiap karakternya memiliki peran. Tales of The Abyss merupakan salah satu cerita yang memiliki karakteristik seperti itu. Mungkin, dari segi worldbuilding, ada beberapa informasi yang dijejalkan untuk menjelaskan konsep dunianya, tapi dengan konsep yang bervariasi dan sebanyak itu, mungkin cukup wajar bagi saya.”

Zen        :
“Game ini juga menyajikan banyak twist-twist yang tidak terduga sepanjang cerita. Setiap karakter punya twist. Tidak sekedar Good vs Evil. Lebih dari itu. Motif kedua pihak adalah demi kebaikan dunia menurutku. Soal story, saya tidak ragu memberikan game ini nilai penuh. Sekarang kita bicarakan soal karakter. Kalau menurut Juno, karakterisasi dan peran karakter di game ini bagaimana?

Spoiler Alert

Herjuno :
“Mulai dari Luke.  Luke memulai perannya sebagai seorang putra bangsawan yang sombong, manja, dan seenaknya sendiri (spoiled brat).  Dia juga emosional, dan cenderung tidak mau mengakui kesalahannya, bahkan setelah apa yang terjadi di Akzeriuth. Namun, setelah teman-temannya meninggalkannya, dia mulai sadar bahwa perilakunya selama ini salah, dan dia mau berubah.”



Zen        :
“Perubahan karakter dan alasan dia berubah itu adalah sesuatu yang perlu dipelajari oleh gamer.  Intinya setiap orang harus bisa berubah jadi yang lebih baik.  Sekarang ke Tear. Menurut saya Tear ini, karakternya unik sekali. Dia cool chick, yang agak2 tsundere, tapi dia mudah terenyuh sama yang lucu.  Cute lover."

http://i34.photobucket.com/albums/d143/talesofharmonia/tofg225toa12.jpg


Herjuno :
“Memang, tampak ketika ia pertama kali bertemu dengan Mieu.
Kalau aku tidak salah, Tear itu kan salah satu dari official di Order of Lorelei.
konfliknya sendiri menarik: 1. Atasannya adalah Grand Maestro Mohs (antagonis) 2. Kakaknya adalah Van (antagonis juga).  Tapi dia membenci Van dan ingin membunuhnya.  Intinya, dia ini tipe karakter yang enak buat dieksplorasi karena harus memilih sisi mana yang perlu diambil. Sebenarnya goal-nya kan simpel: Membunuh Van. Tapi menjadi tidak simpel karena keseret-seret Luke.
Eh, mungkin tidak sampai membunuh; cuma sampai menghentikan Van. Even the antagonists are splitted.

Relasi intercharacter ya. Memang sih, kalau--biasanya--di awal-awal digambarkan kalau karakter utama cewek itu lemah dan karakter utama cowok itu kuat. Di Tales of the Abyss sebaliknya; karakter utama cewek kuat dan karakter utama cowok lemah. Ini mungkin juga menambah keunikannya.
Di awal-awal loh. Di bagian akhir, tetap saja ditampilkan sisi kuat dan lemah dari tiap karakter.


Zen        :
“Yah, developer memang intens dalam membangun setiap karakter yang ada di game ini.  Semua berperan baik juga punya keasikan untuk dieksporisasi.  Lanjut ke karakter favorit mayoritas orang di Tales of the Abyss. Jade Curtis.  Kalau Herjuno pikir si karakter yang bener-bener unik ini gimana?”

Herjuno :
“One thing: his past is strong. Memang, sih, setiap karakter di Tales of the Abyss memang punya masa lalu masing-masing, tapi, menurut saya, Jade ini yang masa lalunya kuat.  Intinya, di balik sifat dan lelucon sarkastisnya, ada masa lalu yang suram. Dia juga jadi penyeimbang Luke yang serba-tidak-bisa.  kalau Luke-Tears itu humor relationship, Guy itu dengan fobianya, dan Anise dengan sifat matre & kekanakkannya, Jade itu dengan sifat cool dan humor sarkastis.”

http://i149.photobucket.com/albums/s72/Natalia_Luzu/Tales%20of%20the%20Abyss/Anise%20Tatlin/Anise_JadeNovel.jpg

Zen        :
“Kesimpulannya karakterisasi di game ini amat sangat menarik.  Intinya para developer sudah mempersiapkan game ini harus punya karakter yang memorable dan unik.  Tidak sekedar motif dan peran karakter, tapi juga sifat mereka unik satu sama lain.  Tidak ada yang sama.  That’s really awesome. 

Itulah percakapan antara saya dan teman saya yang sesama fans dari game Tales of the Abyss.  Sekarang saya lanjutkan review ini berdasar perskpektif saya pribadi.  Tales of the Abyss adalah game favorit saya sejak pertama kali saya memainkannya.   Mayoritas saya sudah sebut di atas dalam percakapan saya dengan Herjuno.

Tales of the Abyss adalah transisi Tales series dari Linear combat system menjadi 3D Free Run Combat System.  Keputusan ini cukup kontroversi.

Game ini dibuat oleh tim Namco Bandai, disutradarai oleh Yoshito Higuchi, diproduseri oleh Makoto Yoshizumi.  Artist-nya adalah Kosuke Fujishima. 

Kisah dimulai dari Luke Fon Fabre seorang anak dari Duke Fabre.  Dia belajar dari guru ahli pedangnya Van.  Kemudian kemunculan Tear Grants yang menyebabkan petualangan Luke terjadi.  Luke adalah seorang yang terisolasi dari dunia luar dan Tear adalah yang membuat Luke mulai membuka mata tentang dunia luar.

Luke awalnya adalah seorang karakter yang menyebalkan siapapun yang memainkan game ini.  Dia orangnya egois, tidak peduli sama orang lain, juga bersikap benar-benar seenaknya.  Tidak punya tata krama lebih tepatnya. 

Terutama saat Luke pergi ke sebuah lokasi pertambangan bernama Azkeriuth, aku yakin semua gamer yang main game ini merasakan betapa menyebalkan Luke and really want punch him at the face. Namun, di sana pula Luke mendapati tentang siapa dirinya dan akhirnya mulai berpikir untuk berubah.  Di sinilah juga game mulai tampak menunjukkan sisi Hero si Luke.

Kalau kalian main game ini, saya rasa mayoritas paling jarang memakai si Natalia, well I see in this game archer is quite sucks in this game.  Sering mengalami miss target.  Namun, di sisi karakter Natalia adalah karakter yang saya sangat suka.  Dia sebagai princess benar-benar bersikap sebagai seorang princess.  Ada adegan saat Natalia menyerahkan sepenuhnya hak nikahnya pada sang Ayah karena dia mau melayani negerinya (Baticul) sebaik-baiknya.  Jujur saja, sangat jarang ada cerita tentang princess-princess dari game, movie, manga, anime yang bersikap demikian.  (as I know).  Kisah cinta Natalia dan Asch juga sangat menyentuh.  Natalia tumbuh dalam kebohongan, twist-twist yang sangat mengejutkan, juga kisah cintanya dengan Asch yang penuh dengan intrik, namun dia tetap menjaga dirinya untuk tetap tangguh demi orang-orang di sekitarnya.

http://prntscr.com/2ug8qp


Guy Cecil adalah karakter unik lain yang phobia dengan cewek, awalnya banyak yang menduga ini hanyalah lelucon buatan developer.  Itu sering terjadi di banyak cerita, tapi tidak untuk yang satu ini.  Karena Guy punya alasan khusus kenapa dia phobia dengan cewek.

http://media.animevice.com/uploads/0/36/27354-guy_large.jpg


Plot dan twist di game ini sangat menarik di mana setiap karakter punya alasan masing-masing di dalam quest baik antar villain dan juga antar sesama Ally.  Motif kedua belah pihak ini tidaklah jauh berbeda tujuannya tapi mereka punya metode yang berbeda.  Kenapa tim villain ikut dengan si Super Villain?  Alasan mereka kuat.  Hingga sepanjang memainkan game ini sangat menarik untuk melihat bagaimana pertumbuhan karakternya terutama dalam segi moralitas.



Sepanjang game, semakin jauh diikuti, semakin menghanyutkan.  Tidak lupa dengan humor-humor segar yang lucu, baik di dalam skit-skit maupun di cutscene.  Beberapa NPC juga sangat likeable.  Saya sangat suka dengan Noelle si Pilot Albiore II.  Kadang-kadang saya bahkan mau buat cerita khusus untuk dia (fanfic gitu).



Seperti yang saya dan Herjuno bicarakan di atas.  Bagaimana tim developer membangun chemistry antar karakter sangatlah baik.  Beberapa RPG lain kadang-kadang alasan karakter ikut dalam quest sangat simple dan tidak kuat.  Bahkan kadang ada yang hanya tidak sengaja bertemu dan ikut dalam quest.

Game ini juga banyak Side-quest yang ada hanya untuk senang-senang ada juga yang memang membuka subplot dari cerita utama.  Salah satunya adalah side-quest dari Nebilim.  (damn that one really take forever), Cecille and Frings Quest yang sangat menyentuh, beberapa quest bertingkat yang asik dan reward dari quest-quest tersebut ada beberapa yang sebenarnya kecil, ada pula yang benar-benar sangat menyenangkan.  (kostum dan item-item special).


 
Musik di game ini juga sangat memorable dibuat oleh Motoi Sakuraba, Shinji Tamura, Motoo Tamura.  Setiap kota punya tema masing-masing, setiap dungeon juga punya musik-musik sendiri.  Selain itu ada juga musik tambahan dari Bump of Chicken yaitu Karuma sebagai opening dan juga ada beberapa remix di dalam game.



Voice acting di game ini sebenarnya cukup bagus tapi tetap masih kurang memuaskan seperti versi Jepangnya.  Ditambah lagi ada banyak voice yang hilang di dalam game.  Skit, Opening Song, dan juga beberapa kurang ekspresif.  Jika kalian mau benar-benar sepenuhnya merasakan pengalaman dari game ini, main versi Undub.



Kapanpun saya memainkan game ini, yang rasakan adalah marathon of epicness.  Walau ada beberapa keluhan saya seperti no skip scene feature.
Tentu saja Tales of the Abyss is… .

Amazing because It's Epic


Terima kasih sudah membaca review ini, saya berterima kasih pada Herjuno Tisnoaji yang sudah menemani saya di review ini, sori saya lama baru bisa posting.  Jadi apa kalian sudah pernah mencoba memainkan game ini dan apa pendapat kalian?  Komen di bawah dan dengarkan apa kata Yui di samping =>

Sampai jumpa hingga saya memikirkan sesuatu yang lain lagi.