Mari kita sambut, Khi-Khi Kiara dalam review Grun!
Saya akui, saya semakin tergila-gila dengan
serial Attack on Titan (a.k.a. Shingeki no Kyojin), sekaligus terperosok makin
dalam ke zona fandomnya. Fanart,, lagu,
fanfiction, merchandise, saya kumpulin sebisanya. Terutama
untuk pairing Levi dan Eren. Oke,
sebenarnya saya bukan fujoshi (cewek
penyuka homo), tapi untuk beberapa alasan, saya mengagumi hubungan mereka.
NOTE : Buku ini diberi rating R-18/Explicit,
karena adanya unsur kekerasan dan seksual. Tapi saya tidak akan membahas bagian
itu.
Grϋn adalah sebuah fan-fiksi untuk serial manga/anime
Attack on Titan berbentuk light novel cetak, ditulis oleh Aratte pada tahun
2013. Dalam buku bertebal 120 halaman ini, Aratte mengusung tema
Action/Adventure, Sci-fi, Fantasy/supernatural, Eco-warfare, Tragedy, dan
tentunya Romance. Tokoh Levi Ackerman dan Eren Jaeger ditampilkan sebagai fokus
utama di sini.
Judul Grϋn sendiri diambil dari bahasa Jerman
yang berarti “hijau”, mengingat serial AoT memang sering menggunakan bahasa
Jerman dalam penamaan tokoh, istilah, juga lagu openingnya.
Cerita dimulai pada tahun 3345, dimana Survey
Corps memiliki peran dan fungsi yang berbeda dari zaman perang titan dahulu.
Dipimpin komandan Erwin Smith, pasukan itu menjalankan misi ke sebuah hutan
raksasa yang langka, dan ajaib. Para anggota pasukan perlahan menemukan banyak
keanehan di dalam hutan itu, begitu pun Kapten Levi dan Mayor Hanji.
Tapi Kapten Levi lah yang lebih dulu
menemukan puncak keanehan itu. Dia bertemu dengan seorang remaja jejadian yang
sudah sangat terikat dengan hutan magis itu. Dialah sang penjaga hutan, Eren
Jaeger.
Di satu sisi, kemunculan Eren bisa membantu
misi Survey Corps. Tapi di sisi lain, dia punya masalah yang berkaitan dengan
masa lampau.
Yup, kira-kira begitulah permulaan yang bisa saya sampaikan.
Satu hal yang paling membekas di hati saya
dari buku ini adalah deskripsi, baik deskripsi karakter, tempat, maupun
suasana. Saya bisa merasakan rindang dan sejuknya pepohonan di dalam hutan
lebat, lengkap dengan bunyi-bunyian alam dan cahaya matahari yang menembus
hutan sedikit demi sedikit. Atau, bagaimana riuhnya suasana hutan setelah
terjadi ledakan besar. Bahkan, saya bisa meresapi wangi tubuh Eren, yang konon,
tidak wajar.
Gerak-gerik tiap
karakternya pun sangat rinci, misalnya ayunan tubuh Levi saat terluka parah
pasca pembantaian. Bisa dipastikan tidak ada gerakan tubuh yang terabaikan
di setiap adegan. Penggambaran momen
tertentu diatur dalam setting tempat dan waktu yang tepat, seperti pemaparan
seragam perang Levi saat hendak diadakan apel di dalam hutan (ini lebih pas
dibandingkan bila dipaparkan di awal cerita).
Selain gerakan,
deskripsi karakternya juga membuat pembaca merasakan betul sifat kemanusiaan
tiap tokohnya. Levi sang perwira
perkasa, Eren si bocah polos yang berapi-api dengan bentuk wajahnya yang khas,
semuanya terasa jelas. Gaya penulisan Aratte yang cenderung mirip novel
terjemahan, yang (seharusnya) kaku, justru mampu membius pembacanya jauh ke
dalam dunia cerita, Terutama pada endingnya yang... *nahan air mata.
Itu karena pemilihan
diksi yang tidak banyak bermajas, tapi diatur dengan cerdas sehingga tetap
mengena. Walaupun istilah-istilah ilmiah yang cukup rumit tersebar di
sana-sini, membuat pembaca yang jarang membaca buku pengetahuan harus berpikir
dulu. Contohnya, kedua sepupu saya.
Pola plotnya
sederhana ; pertemuan, lalu perpisahan. Namun setiap detail alurnya yang lebih
kompleks ditata dengan begitu rapi. Inilah yang membuat keseluruhan kisah ini
tidak terasa monoton, dan saya lebih merasa seperti menonton film daripada
membaca fiksi. :D
Kemudian tentang
karakterisasi. Nah, soal meneliti tokoh-tokoh dalam cerita, khususnya AoT,
nampaknya Aratte adalah ahlinya. Selama berkecimpung di fandom AoT, Aratte
sangat jeli memperhatikan siapa itu Levi, siapa itu Eren Jaeger, siapa Hanji
Zoe, dan yang lainnya. Tak heran bila
karakter AoT dalam fan-fiksi ini tidak jauh berbeda dari serial aslinya yang
digarap oleh Hajime Isayama. Pastinya dengan, sekali lagi, deskripsi yang
memadai. Mulai dari cara berjalan Hanji, cara bicara Levi, kasih sayang Levi
yang “tersembunyi”, sampai kerut wajah Eren saat emosinya membara.
Rasa romansa dalam
light novel ini tidak serta-merta fluffy dan cheesy seperti novel cinta remaja
pada umumnya. Jadi tidak ada deskripsi yang berkesan lovey-dovey (kecuali di
*ehem* adegan intim yang jadi pemanis cerita pada sedikit sesi). Romantika di
sini terasa sederhana, namun “magical”, sesuai temanya, dan tetap meresap di
hati.
Lalu kembali pada
karakternya. Levi bukan tipe pria romantis berjurus jutaan kata gombal, namun
perhatiannya lebih nyata dalam wujud tindakan, ditambah cara bicaranya yang
lugas dan meyakinkan. Eren, dalam keadaan rapuh, begitu mengagumi Levi sebagai
pelindungnya. Dia ingin tetap bersama Levi, atau setidaknya mengenang Levi,
meski sulit. Momen-momen kebersamaan, serta paduan karakter itulah, yang
membuat chemistry mereka lebih kuat.
Uniknya lagi, di
halaman pengantar, Aratte menghimbau pembaca untuk mendengarkan beberapa lagu
yang mampu mengantar fantasi pembaca lebih dalam pada cerita ini. Sebagai orang
yang sama-sama terinspirasi oleh musik dalam berkarya, tentu saya makin
excited. :D
Ada hal lain yang
menurut saya spesial dari light novel ini. Ilustrasi karya Aphin yang menghiasi
membuat buku ini terlihat segar. Terutama pada cover, kita disuguhi warna hijau
gelap ala hutan belantara, dan warna biru cerah yang terpantul indah. Ilustrasi
pada isi buku pun disusun simpel namun tetap menarik. Hanya saja Eren terlihat
lebih manis, dan wajah Levi tampak lebih lonjong, bentuk wajahnya yang tegas
baru nampak saat digambar dari samping.
Sayangnya ada sesuatu
yang membuat saya kurang nyaman mengikuti cerita ini, yaitu deskripsi penuh
pada adegan-adegan peperangan. Saya sulit mencerna gerakan pasukan dan
arah-arah serangan di sini, hingga saya jadi
sering melewati bagian itu. Entahlah, mungkin imajinasi saya saja yang
cetek.
Overall, jarang
sekali saya menemukan fan-fiksi yang berkualitas tinggi. Jadi, khususnya untuk
para penggemar AoT, fans pairing Levi x Eren, dan penikmat fan-fiksi, I’ll say
that Grϋn light novel is ... (AMAZEPIC)
INFO : Karena ini
fan-fiksi, buku ini dicetak secara independen dan tidak dijual bebas. Jadi bagi
yang berminat beli, silahkan hubungi penulisnya, Aratte (www.facebook.com/ra.aratte).
Sekian dulu review
dari saya. Mohon maaf bila ada kekurangan, karena saya sendiri sudah lama tidak
meresensi buku lagi.
Terima kasih sudah
membaca. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar