Kali ini Guest Review dibuat oleh Yulian Ekowati. Dia adalah salah satu reviewer yang sangat suka dengan movie-movie berbau sejarah, mitologi, dan juga dongeng. Kali ini dia review sebuah dongeng terkenal Blue Beard.
Memiliki suami/pasangan yang kaya raya dan punya
segalanya pastilah impian dari kebanyakan orang. Terlebih lagi, jika ia begitu
baik hati, sabar, penuh pengertian dan mau menuruti apa pun yang kita inginkan
dengan sukarela meskipun ia tidak berwajah rupawan dan dianggap aneh oleh
kebanyakan orang. Tapi apa jadinya jika pasangan kita menyimpan sebuah rahasia
kelam yang tidak ingin diketahui oleh siapa pun, termasuk oleh kita? Akankah
kita pegang teguh kepercayaannya ataukah kita langgar kepercayaannya hanya
dengan alasan ‘di antara pasangan tidak boleh ada rahasia atau dusta’?
Nah tema itulah yang coba diusung oleh film Barbe
Bleu alias Bluebeard buatan Perancis tahun 2009 besutan sutradara
Perancis Marie-Catherine Breillat. Film bergenre fantasi ini diangkat dari
dongeng seram karangan Charles Perrault yang berjudul sama. Berikut plot dan
ulasannya.
Plot
Pada tahun 1950an, kakak beradik Marie-Catherine dan
Anne nampak sedang bermain bersama di loteng. Untuk menggoda kakaknya yang sok
dewasa dan kerap mengguruinya, Marie-Catherine membacakan dongeng anak-anak
seram berjudul Bluebeard kepada kakak perempuannya. Cerita dan seting kemudian
beralih ke tahun 1697, di suatu biara di daerah pegunungan. Dua kakak beradik
yang juga bernama sama yaitu Marie-Catherine dan Anne, dipanggil oleh ibu
kepala biara mereka yang sok relijius namun sebetulnya sangat serakah dan hanya
menilai derajat seseorang dari uang dan pangkat mereka saja. Di kantor ibu
kepala biara itulah, mereka diberitahu bahwa ayah mereka telah meninggal dunia
karena tertabrak kereta ketika mencoba menyelamatkan nyawa seorang bocah kecil
yang nyaris terlindas. Dengan kematian ayah mereka, hidup kedua gadis remaja
inipun berubah, apalagi ayah mereka tak meninggalkan maskawin untuk mereka
maupun warisan yang dapat membuat hidup mereka lebih baik. Karena ini pulalah,
mereka diusir pulang oleh ibu kepala biara dari biara tempat mereka menuntut
ilmu selama ini. Dengan marah, syok dan sedih mereka pun terpaksa pulang ke
rumah.
Di tengah perjalanan, mereka melihat sebuah kastil
megah di tengah hutan dengan menara-menara dan temboknya yang kokoh menjulang.
Dari kusir kereta mereka, mereka mengetahui bahwa kastil itu milik Lord
Bluebeard, seorang bangsawan dan juga tuan tanah terkaya di daerah itu. Meski
Lord Bluebeard terkenal berwajah sangat buruk namun ia telah menikahi banyak
wanita cantik di sana. Tapi anehnya, semua istri Bluebeard menghilang setelah
hampir setahun lamanya menikah. Mendengar bahwa Bluebeard sangat kaya dan
berkuasa, si adik Marie-Catherine berangan-angan ingin menjadi seperti
Bluebeard yang kaya dan punya kuasa karena ia bosan hidup miskin dan diremehkan
semua orang, dan juga karena ia dan kakaknya Anne menyadari bahwa keadilan di
daerah mereka hanya berpihak pada orang kaya yang punya kuasa sedang orang
miskin hanya menjadi budak mereka.
Hampir semua barang di rumah mereka telah disita
untuk melunasi hutang-hutang almarhum ayah mereka, termasuk harpiscord
kesayangan Anne. Karena itulah, ketika Lord Bluebeard mengadakan pesta untuk
mencari jodoh, mereka dengan antusias menerima undangan tersebut apalagi
dikabarkan Lord Bluebeard akan memilih calon istri baru dari antara sekian
banyak gadis muda yang diundang dalam acara tersebut. Meski Bluebeard
sendirilah yang mengadakan acara itu, namun ia tak suka membaur dengan tamunya
dan memilih duduk menyendiri di tepian sungai di belakang kastilnya. Disinilah
ia bertemu dengan Marie-Catherine dan setelah mengobrol sejenak dan merasa
cocok, maka Bluebeard pun melamar Marie-Catherine untuk menjadi istrinya yang
baru meski dari segi usia, mereka sangat berbeda jauh.
Pernikahan Bluebeard dan Marie-Catherine nampaknya
berjalan mulus dan mereka berbahagia. Bluebeard menuruti semua keinginan
istrinya dan memanjakannya, termasuk permintaannya untuk tidur terpisah sampai
Marie-Catherine sudah lebih dewasa dan membebaskan istrinya untuk memilih
sebuah kamar tidur yang sempit di mana ia tak akan bisa masuk karena pintunya
terlalu kecil untuk tubuhnya yang gemuk dan tinggi. Bluebeard nampaknya sangat
menyukai istri barunya yang dikatakannya memiliki ‘kepolosan dan kemurnian bak
merpati namun dengan nyali dan harga diri bagaikan seekor elang.”
Sehari-harinya, pasangan ini menikmati kebersamaan mereka dan Bluebeard
bertindak lebih seperti seorang ayah dan mentor bagi istrinya yang masih sangat
belia ini daripada sebagai seorang suami.
Tapi, karena urusan pekerjaan, Bluebeard harus
sering meninggalkan istrinya di kastil mereka sendirian. Karena itulah, ia
memberikan seluruh kunci untuk membuka semua ruangan dalam kastil tersebut,
termasuk ruang harta bendanya, dan mengijinkan istrinya bersenang-senang
ataupun berpesta mengundang kawan-kawannya selagi ia tidak ada agar istrinya
tidak kesepian. Marie-Catherine mematuhi anjuran suaminya, tapi nampaknya ia
tidak bahagia karena merindukan suaminya yang meski bermuka seram tapi ternyata
sangat baik hati itu. Dan ia terlihat begitu gembira ketika suaminya kembali.
Suatu ketika, Bluebeard kembali harus pergi ke luar
kota untuk urusan bisnis. Ketika hendak pergi, seperti biasa ia menitipkan
kunci-kunci seluruh ruangan dalam kastil dan memberikan sebuah kunci emas kecil
kepada istrinya seraya berpesan bahwa istrinya boleh kembali mengadakan pesta,
bersenang-senang atau pun sekedar berkeliling kastil untuk menunjukkan isinya
pada semua teman dan saudaranya. Tapi ia berpesan juga supaya istrinya jangan
pernah menggunakan kunci emas kecil yang diberikannya untuk membuka ruangan
bawah tanah. Apabila larangan itu dilanggar, maka ia akan menanggung akibatnya.
Marie-Catherine berjanji akan mematuhinya dan berkata bahwa kali ini dia tidak
akan mengadakan pesta namun hanya mengundang kakak perempuannya, Anne, saja.
Namun sore harinya, rasa penasaran membuat Marie-Catherine melanggar larangan
tersebut dan membuka ruangan bawah tanah yang terkunci itu dengan kunci emas
yang diberikan suaminya. Dan disanalah, ia menemukan rahasia mengerikan yang
selama ini disimpan rapat oleh suaminya, rahasia yang seharusnya tidak boleh ia
ketahui…
Review
Film Bluebeard ini adalah film asing berbahasa
non-Inggris keempat yang saya tonton setelah Fanfan La Tulipe, Sissi Trilogy,
dan Ludwig. Nama-nama pemerannya sendiri maupun sutradaranya Catherine Breillat
kurang dikenal luas kecuali bagi mereka penggemar film non-Hollywood/Eropa dan
di kalangan murid-murid sekolah seni.
Dibandingkan dengan dongeng Perrault lainnya seperti Puss
in Boots alias Kucing Bersepatu Bot, Sleeping Beauty alias
Putri Tidur dan Cinderella, dongeng Bluebeard memang kurang populer
sehingga tidak banyak atau jarang yang mengetahui kisahnya. Sosok Bluebeard
sendiri kabarnya didasarkan pada seorang ksatria Perancis di abad ke 15, Sir Gilles
de Rais. Menurut legenda, setelah ia pensiun dari dunia kemiliteran, Gilles de
Rais menjadi kecanduan okultisme, terutama terhadap ritual terlarang
pemanggilan setan. Dia dituduh telah melakukan ratusan tindak pembunuhan,
terutama terhadap sejumlah anak yang dinyatakan menghilang. Gilles de Rais
diadili dan dihukum mati dengan digantung pada 26 April 1440 di Nantes,
Perancis
Film buatan Perancis tahun 2009 yang disutradarai
oleh sutradara wanita Catherine Breillat ini memang bertemakan fantasi pula
karena diambil dari dongeng karangan Charles Perrault di tahun 1697 yang
berjudul Barbe Bleu alias Bluebeard. Tapi jangan diharapkan
film ini memakai special effect yang megah seperti film-film
Hollywood berbasis dongeng lainnya seperti Red Riding Hood, Snow
White and the Huntsman, Hansel and Gretel the Witch Hunters atau Jack
the Giant Slayer dikarenakan bujet yang terbatas. Film ini naskahnya
juga ditulis oleh Catherine Breillat sendiri sebab ia mengakui sudah lama
memimpikan untuk bisa membuat film ini dengan gayanya sendiri karena Bluebeard
adalah dongeng favoritnya sejak kanak-kanak walaupun ia juga menyadari bahwa
Bluebeard adalah sosok penjahat dan pelaku pembunuhan berantai pertama dalam
sejarah.
Tidak seperti halnya film-film Hollywood bertema
serupa, Bluebeard ini lebih mengetengahkan gaya bertutur yang sederhana dan apa
adanya, dan lebih mengeksplorasi sisi kelam dalam diri setiap karakter di
dalamnya dan sarat juga dengan berbagai kritik sosial yang terjadi di abad
pertengahan daripada sekedar menonjolkan special effect. Dalam
karakternya, ambillah contoh ketiga karakter utamanya: Lord Bluebeard,
Marie-Catherine dan Anne meski yang banyak disorot adalah Bluebeard dan
Marie-Catherine.
Berbeda dengan dalam versi asli dongengnya maupun
dalam kebanyakan film adaptasi dari dongeng ini, Bluebeard di sini tidaklah
digambarkan sebagai seorang playboy ataupun seniman berbakat yang tampan.
Justru sebaliknya, sang pemeran Dominique Thomas menampilkannya sebagai sesosok
lelaki tua yang gemuk, tidak menarik dan terkesan sabar serta penuh kasih dan
sangat baik hati sehingga, walau saya sudah pernah membaca ceritanya dan tahu
bagaimana akhirnya, tetap saja saya dibuat sukar untuk percaya jika lelaki yang
seperti ini adalah pembunuh maniak berbahaya sebagaimana yang ditakuti penduduk
sekitar purinya. Memang ia punya suatu rahasia kelam namun sayangnya bagian ini
tidak dieksplorasi lebih lanjut sehingga terkesan ada yang hilang dari plot
seperti alasan Bluebeard dibalik semua rahasia kelam yang disembunyikannya itu.
Dari aktingnya, Dominique hebat dalam menghidupkan
sisi lain Bluebeard sebagai tokoh yang lebih simpatik dan manusiawi, yang
terpaksa melakukan suatu kejahatan karena ia tidak punya pilihan lain.
Aktris anak-anak Lola Créton sebagai Marie Catherine
dapat menampilkan sosok putri yang atipikal sepeti halnya putri-putri tokoh
utama dongeng lainnya. Ia bukan anak penurut, manis dan juga pasrah. Lola
Créton memerankan sosok Catherine sebagai adik yang pendiam, pemberani, bahkan
terlalu berani untuk anak seumurannya, tapi telihat sangat polos dan kecil dan
memiliki sifat kejam yang terselubung meski mungkin sifat itu lebih karena
didorong oleh keadaan mereka yang miskin mendadak akibat kematian ayah mereka.
Semula Catherine adalah sosok yang simpatik. Ia diam saja menerima keadaan dan
tidak mengeluh atau menyalahkan siapa pun, dan hanya sesekali marah atau
berkomentar sinis. Tapi perlahan keadaan berbalik di pertengahan cerita ketika
ia menikahi Bluebeard. Meski tetap terlihat simpatik, Lola perlahan mulai
menampilkan sisi gelap Catherine yang ternyata lebih kejam dari suaminya dan
tidak dapat menepati janjinya pada suaminya karena ia tidak bisa menahan rasa
penasarannya dan merusak kepercayaan suaminya terhadapnya. Menurut saya,
kekuatan akting Lola lebih terletak pada sorot matanya, cara bicaranya dan
ekspresinya bukan dari bahasa tubuh.
Daphne Bawir memerankan si kakak Anne sebagai
seorang gadis yang terlihat ambisius, selalu ingin menang dari sang adik tapi
sebetulnya sangat menyayangi adiknya meski hubungan mereka kerap diwarnai
pertengkaran dan juga cinta-benci. Awalnya kesan Anne di mata saya buruk,
karena Daphne menampilkan Anne sebagai anak yang tidak mau mengerti keadaan
keluarganya yang bangkrut dan malah menyalahkan ibunya, keadaan mereka dan juga
almarhum ayahnya yang dianggapnya tidak adil karena lebih memilih menolong anak
orang lain sampai mengorbankan nyawanya; tapi di pertengahan, saya mulai
simpati padanya ketika dia menyatakan dia sebetulnya sangat menyayangi adiknya
walau kerap bertengkar dan ia kasihan padanya karena adiknya harus menjadi
kambing hitam dari semua putri kaya yang hadir di pesta Bluebeard. Dari sosok
menyebalkan, Anne berubah menjadi lebih simpatik. Sayangnya karena fokus cerita
lebih kepada Bluebeard dan Marie-Catherine, karakternya jadi tenggelam karena
jarang disorot lagi.
Dari segi penyampaian cerita, alur berjalan agak
lambat sehingga terkesan agak membosankan. Dan nampaknya ada konsep pembalikan
karakter di sini terutama pada kedua kakak beradik Marie-Catherine dan Anne.
Anne semula ditampilkan sebagai sosok yang tidak simpatik dan menyebalkan
berubah menjadi lebih simpatik di pertengahan ketika ia harus berpisah dengan
adiknya yang diboyong ke kastil Bluebeard; sedangkan Marie-Catherine yang
semula lebih simpatik, perlahan mulai terlihat lebih tidak simpatik dan mulai
terlihat bahwa dia tidaklah sepolos yang terlihat.
Musik latarnya juga minim dan hanya memakai satu
atau dua track saja yang dianggap sesuai dengan era seting
film yaitu medieval karena yang lebih ditonjolkan adalah segi visualnya
walaupun jadinya agak garing dan sedikit flat menurut saya
karena musik seharusnya dapat membantu membangun suasana yang mendukung dengan
isi cerita.
Lalu dari segi moral, Bluebeard ini sarat dengan
kritik, sindiran sarkasme, dan juga beberapa pesan moral. Contoh: dalam
perjalanan pulang saat Catherine dan Anne lewat di hutan di depan istana
Bluebeard. Dengan sinis, sang adik mengatakan bahwa dia ingin jadi istri orang
kaya supaya bisa menghukum ibu kepala biara yang telah tega mengusir mereka
pulang gara-gara mereka jatuh miskin setelah ayah mereka tiada. Dan ketika
mendengar soal hilangnya istri Bluebeard yang kabarnya mati dibunuh suami
mereka, Catherine berkomentar mengapa Bluebeard tidak dihukum dan betapa megah
kastilnya. Dengan nada yang tak kalah sinis, sang kakak Anne menyatakan kalau
hukum itu hanya berpihak pada orang kaya dan orang miskin yang menjadi korban
mereka serta selalu di pihak yang kalah.
Dalam hubungan kakak beradik, Anne dan Catherine
selalu saling bersaing. Anne iri pada adiknya yang bisa terlihat apa adanya dan
berani sedang Catherine juga selalu iri pada kakaknya Anne yang lebih cantik
darinya dan ingin menang darinya dalam segala hal sehingga mereka selalu
bersaing. Tapi sesungguhnya mereka saling mengagumi satu sama lain dan sangat
menikmati persaingan mereka.
Karakter Bluebeard sendiri di sini bukanlah lelaki
jahat seperti dalam dongengnya. Terhadap istri barunya, ia berlaku seperti ayah
dan guru daripada sebagai suami karena ia menyadari istrinya masih sangat muda.
Ia juga sangat menghormati hak dan privasi istrinya yang ditunjukkannya dengan
membebaskan istrinya memilih kamar yang disukainya untuk tidur terpisah darinya
dan tidak memaksanya seranjang ataupun menyentuh sampai istrinya siap dan
berusia lebih dewasa. Ia juga memberikan kunci semua ruangan di purinya
kepadanya dan membebaskan istrinya untuk berpesta maupun menghibur diri dengan
teman-teman sebayanya selama ia tidak ada di rumah karena ia tahu bahwa dirinya
lelaki tua yang mungkin tidak bisa menghibur atau menyenangkan hati istrinya
walau dari segi materi, ia dapat memberikan yang diinginkan Catherine. Karena
itulah, ia hendak menguji istrinya, apakah istrinya juga menghormati hak dan
privasinya dengan menyerahkan kunci emas kecil yang menjadi sumber rahasianya
yang paling kelam. Dan ketika istrinya gagal melewati ujian itu, ia menjadi
sangat sedih dan kecewa karena istrinya tidak menghormati haknya sama seperti
yang ia lakukan terhadapnya…
Cacat lain dalam film ini selain minimnya soundtrack
dan alurnya yang lambat, adalah keberadaan narator cerita ini, kakak beradik
Catherine dan Anne, yang menurut saya agak kurang nyambung dengan isi cerita
Bluebeard sendiri. Meski nama mereka sama dengan nama kakak-beradik dalam kisah
tersebut tapi tidak ada irelevansi maupun korelasi antara kisah dalam dongeng
itu dengan kehidupan kakak beradik ini di dunia nyata.
Akhir kata, bagi yang suka dengan drama yang
diangkat berdasarkan dongeng, bernuansa kelam agak gore, dan berbau
dongeng fantasi, mungkin ini bisa jadi pilihan yang cocok untuk anda. Tapi
kalau inginnya yang seperti film-film Hollywood yang lebih dahsyat special
effect nya daripada ceritanya, saya sarankan mending cari pilihan lain aja deh
karena kalau kemungkinan tidak mengantuk, ya pasti bingung nontonnya…tapi
pilihan ada di tangan anda pastinya.
Sampai jumpa di review berikutnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar