Siapa sih yang nggak kenal dengan kisah tragedi
Romeo dan Juliet? Kisah drama karangan William Shakespeare ini dikenal hampir
semua orang di seluruh dunia ini. Konon William Shakespeare menulis kisah ini
didasarkan pada tragedi Yunani Pyramus and Thisbe serta dari
cerita Italia berjudul The Tragical Story of Romeus and Juliet yang
ditulis Arthur Brooke dan diterbitkan pada 1562. Kemungkinan kisah ini ditulis
antara tahun 1591 sampai 1595 dan diterbitkan antara tahun 1596 atau 1597.
Kisah ini adalah satu dari sekian banyak drama karya William Shakespeare yang
berulangkali diadaptasi baik dalam pementasan drama, balet, opera maupun
film-film beberapa kali baik yang produksi Hollywood maupun non-Hollywood, yang
paling terkenal di antaranya adalah versi tahun 1968 arahan sutradara Franco
Zeffirelli dengan memasangkan dua bintang muda yang langsung tenar setelah film
tersebut menjadi hit di masanya yaitu Leonard Whiting dan Olivia Hussey; dan
pada tahun 1996 dengan sutradara Bahz Lurhmann dengan memasangkan Leonardo
DiCaprio sebagai Romeo dan Claire Danes sebagai Juliet yang lagi-lagi jadi hit
pada masanya. Setiap adaptasi unik dan memiliki ciri tersendiri. Nah begitu
pula dengan adaptasi yang satu ini keluaran tahun 2013 kemarin, di bawah arahan
sutradara Carlo Carlei.
Coba kita simak sama-sama.
Plot
Di kota Verona yang indah, hidup dua keluarga yang
bermusuhan dan bersaing yaitu Montague dan Capulet. Mereka sama-sama kaya,
berkuasa dan punya pengaruh. Perseteruan yang tak jelas pemicunya ini makin
meruncing saja dari generasi ke generasi bahkan sampai kepada setiap anggota
keluarga termuda dan para pelayannya. Ketika keributan kembali terjadi di
tengah kota dan menyebabkan banyak warga sipil terluka, maka Komandan kota
Verona, Escalus (Stellan Skarsgard) mengeluarkan peringatan baik bagi keluarga
Lord Montague dan istrinya (Tomas Arana dan Laura Morante) atau Lord Capulet
dan kerabat istrinya (Damian Lewis dan Natasha McElhone) bahwa siapapun dari
anggota keluarga mereka yang kedapatan berkelahi lagi di muka umum atau sampai
membunuh lawannya akan dihukum mati.
Romeo Montague (Douglas Booth) putra keluarga
Montague satu-satunya, tak terlibat dalam peristiwa itu karena ia lebih suka
memahat di studionya dan melampiaskan cintanya yang tak kesampaian pada Lady
Rosaline (Nathalie Rapti Gomez) dengan memahat patung gadis itu. Melihat
keadaan Romeo yang memprihatinkan, Benvolio (Kodi Smit-McPhee) menasihatinya
supaya melihat kenyataan bahwa Rosaline tidak membalas perasaannya dan ia harus
berusaha melupakan gadis angkuh itu dan mencari cinta gadis lain. Kesempatan
itu datang ketika Romeo tak sengaja membantu pelayan keluarga Capulet (Matt
Patresi) agar membacakan nama-nama tamu undangan yang ditulis tuannya dalam
daftar sebab ia buta huruf. Romeo membaca Rosaline akan diundang ke pesta
keluarga musuhnya sehingga ia dan Benvolio berinisiatif hadir meski jelas tak
diundang.
Sementara itu di rumah Keluarga Capulet, Juliet
Capulet (Hailee Steinfeld) yang polos dan naïf hendak dijodohkan oleh kedua
orangtuanya dengan Count Paris (Tom Wisdom) yang tampan dan kaya meski
sebetulnya ibunya agak sedikit keberatan karena ia menganggap putrinya masih
terlalu muda. Juliet yang masih kekanak-kanakan sebetulnya sama sekali tidak
punya pikiran atau niatan untuk menikah walaupun ibu dan pengasuhnya (Lesley
Manville) mengatakan Count Paris pria yang kaya, terpandang, baik, tampan dan
sangat mencintainya.
Pada malam harinya, pesta dansa berlangsung meriah.
Karena ini pesta topeng, semua yang hadir tak akan dikenali begitu pula Romeo,
Benvolio dan Mercutio (Christian Cooke) yang menyusup masuk ke rumah musuh
bebuyutan keluarga mereka. Di pesta itulah, Romeo melihat Juliet untuk pertama
kalinya dan ia langsung jatuh cinta dengan Juliet dan begitu pula sebaliknya.
Sayangnya Tybalt (Ed Westwick) sepupu Juliet, mengenalinya dan nyaris bentrok
jika tidak ditahan oleh Lord Capulet dan istrinya, yang juga adalah bibi
Tybalt, sebab Capulet tidak mau ada keributan yang bisa membuat namanya
tercoreng lagi. Tybalt yang tidak terima memendam kemarahan dan berniat
melampiaskannya dengan menantang Romeo tanpa sepengetahuan bibi dan pamannya.
Larut malam setelah pesta, Romeo dan Juliet bertemu
secara rahasia di balkon kamar Juliet dan mereka saling mengutarakan cinta dan
berjanji untuk bertemu di gereja keesokan paginya agar dinikahkan secara
diam-diam oleh Pastur Lawrence (Paul Giamatti). Pastur Lawrence yang mendengar
penuturan Romeo soal cintanya pada Juliet semula menegur pemuda itu untuk tidak
sembarangan mengartikan cinta sesaat dengan cinta sejati apalagi sampai
mencintai putri musuh keluarganya, namun melihat kesungguhan Romeo untuk
menikahi Juliet, Pastur Lawrence akhirnya setuju lagipula ia melihat mungkin
inilah jalan untuk mengakhiri perseteruan kedua keluarga muda-mudi tersebut.
Ketika akhirnya Juliet datang dengan didampingi bibi pengasuhnya yang menjadi
saksi pernikahan mereka, mereka pun akhirnya resmi dinikahkan oleh Pastur
Lawrence.
Namun, kegembiraan Romeo atas pernikahannya dengan
Juliet berubah menjadi malapetaka ketika ia tidak sengaja membunuh Tybalt
akibat kemarahan sesaatnya ketika ia tahu Mercutio, sahabatnya, mati dibunuh
oleh Tybalt. Pembunuhan ini mengakibatkan Pangeran Escalus memutuskan untuk
mengusir Romeo selamanya dari Verona sehingga Romeo harus berpisah dari Juliet
untuk sementara waktu.
Kesedihan Juliet akibat kematian Tybalt dan
kepergian Romeo ke Mantua, makin menjadi-jadi ketika dia tahu ayahnya
memaksanya untuk menikah dengan Paris segera dua hari kemudian. Lord Capulet
mengancam akan mengusir Juliet ke jalanan jika ia tak mau menuruti perintah
sang ayah. Lord Capulet terpaksa berbuat demikian sebab dengan kematian Tybalt sebagai
satu-satunya keturunan laki-laki keluarganya, ia tak lagi punya ahli waris
sehingga jika Juliet menikah dengan Paris dan memiliki keturunan, maka garis
keluarga Capulet tak akan terputus. Juliet yang putus asa dan tidak punya jalan
keluar lain akhirnya mendatangi Pastur Lawrence untuk meminta petunjuk dan
berkat sang pastur yang bijak dan cerdik, ia pun mendapatkan sebuah jalan
keluar yang brilian, hanya saja penuh resiko dan dapat berakibat fatal baik
bagi dirinya, Romeo suaminya maupun bagi Pastur Lawrence sendiri…
Ulasan
Saya nggak akan panjang lebar lagi deh soal plotnya.
Semua orang sudah tahu ceritanya, semua orang tahu juga gimana akhir ceritanya
juga.
Banyak orang menyangka ini cuman kisah asmara dua
muda-mudi yang berujung petaka dengan kematian mereka, tapi sebetulnya kisah
Romeo dan Juliet lebih dari itu. seenggaknya itulah yang saya tangkap dari film
adaptasi terbaru keluaran 2013 lalu dari kisah tragedi terkenal ini di bawah
arahan sutradara Carlo Carlei. Romeo dan Juliet adalah korban. Begitu pula
halnya dengan Tybalt maupun Mercutio dan Paris. Mereka adalah anak-anak malang
yang sebetulnya menjadi korban keegoisan orangtua dan keluarga mereka. Mereka
semua anak-anak korban indoktrinasi orangtua/orang yang semestinya menjadi
panutan mereka, yang diajari untuk membenci musuhnya tanpa alasan yang jelas
sehingga melihatnya musuh di depan mata saja sudah cukup untuk bikin mereka
menyerang meski si musuh nggak ada niat untuk bikin ribut atau cari masalah.
Dan dalam kasus perjodohan paksa Juliet-Paris, itu juga umum terjadi pada
gadis-gadis muda di masa lampau. Pada masa lampau, kehidupan anak perempuan
tidak sebebas anak laki-laki dalam menentukan pilihan hidup termasuk soal
jodoh. Mereka dianggap sebagai ‘properti’ milik ayah mereka. Gadis-gadis
ningrat atau kerabat kerajaan dijodohkan dalam usia muda dan tidak punya hak
menolak sebab bila menolak mereka akan diusir, dikucilkan atau bahkan dipaksa
masuk biara untuk menjadi biarawati oleh sang ayah. Ada beberapa kasus yang
malahan lebih ekstrem yaitu mereka dikurung layaknya orang gila atau bahkan
dibunuh oleh sang ayah sendiri lantaran menolak perjodohan yang ditentukan ayah
mereka. Sungguh miris. Selain pesan moral di atas ada beberapa hal lain yang
tak kalah menarik dari beberapa segi.
Berikut hal yang menarik yang saya temui:
Pertama, gaya bahasa dan plot. Problem utama yang
biasanya dihadapi oleh aktor/aktris/sutradara/tim produksi dalam mengadaptasi
drama ini adalah bahasa. Kenapa saya bilang gitu? Kalo ada yang pernah nyoba
baca naskah Will Shakespeare, pasti nemui kendala utama di masalah bahasa dulu.
Bahasa yang digunakan oom Will ini bukan bahasa Inggris baku ato bahkan bahasa
slang seperti yang sekarang kita kenal. Bahasa inggrisnya kuno dan beda dengan
yang sekarang. Ada banyak kosakata asing yang mungkin sekarang nggak masuk di
bahasa Inggris modern seperti kata: ‘Thee’, ‘Thou’ atau ‘Thy’. Lalu
kalimat-kalimatnya yang penuh dengan paradoks, metafora maupun parafrase yang
sulit dimengerti. Jujur aja saya waktu membaca naskah asli Romeo and Juliet ini
harus bolak balik baca catatan kaki di bagian bawah halaman untuk mengerti apa
makna dari kalimat/dialog antar tokoh. Banyak aktris-aktor yang gagal
memerankan tokoh Juliet-Romeo ataupun dalam drama adaptasi karya oom Will yang
lainnya karena mereka tidak mengerti dan memahami makna dialognya dan hanya
sibuk menghafal kalimat dialog-dialognya yang nggak gampang diingat itu. Nah,
dalam adaptasi versi 2013 ini, saya ga usah puyeng-puyeng buka kamus atau
naskah buat tahu aslinya karena penulis naskah nya Julian Fellowes (penulis naskah
serial BBC teranyar Downtown Abbey) sudah menyederhanakannya
sehingga mudah diterima dan dicerna oleh penonton modern, terutama oleh mereka
yang mungkin masih awam dan baru belajar drama Shakespeare. Selain itu alur
cerita/plot nya juga diatur agar pace nya cepat dan nggak bikin bosen. Ada
beberapa penambahan minor yang nggak ada di naskah asli yang mungkin bertujuan
menjelaskan alasan utama dari beberapa adegan dalam naskah untuk ngebuat cerita
lebih masuk akal dan gampang diterima buat penonton modern seperti alasan Lord
Montague memaksa Juliet menikahi Paris dengan segera atau menampilkan sekelumit
rasa sayang dan peduli Tybalt pada Juliet ato kenapa pastur yang disuruh
mengantar surat pada Romeo datangnya terlambat. Selain itu, ada satu adegan dalam
naskah asli yang seringkali dihapus dari kebanyakan adaptasi filmnya, yaitu
adegan kematian Count Paris yang ditampilkan sesuai naskah aslinya di film ini
dan di sini menampilkan sedikit rivalry antara Paris dan Romeo
meski nggak secara eksplisit. Intinya, salut bangettt buat pak sutradara Carlo
Carlei karena bisa nampilin drama klasik dengan kostum klasik tapi dengan aroma
dan sentuhan modern lewat dialog-dialognya yang sederhana dan tidak njlimet.
Empat jempol juga deh buat Julian Fellowes untuk wonderful work nya karena
sungguh nggak gampang buat mengerti apalagi menerjemahkan ulang serta
menyederhanakan dialog-dialog sebuah naskah drama ternama jadi lebih mudah
dipahami!!! Saya lihat banyak yang kritik bahwa film ini nggak mencerminkan
drama ala Shakespearean hanya karena dialognya yang sudah disederhanakan. Oh
come on, man! Kita ini sudah nggak hidup di jamannya oom Will
Shakespeare jadi wajar lah kalau dialognya dirubah. Dialog kuno itu mungkin
termasuk baru dan relevan di jaman nya Elisabethan dulu tapi rasanya janggal
kalau diucapkan di jaman sekarang. Nggak semua orang paham, ngerti atau bahkan
suka dengan dialog yang flowery begitu apalagi bisa
mencernanya. Not everyone is a Shakespearean lover! Perlu ada
perubahan sedikit agar bisa diterima oleh penonton masa kini. Lagipula plot
dasar tetap sama, alur sama, tokoh sama hanya saja dialog dibuat lebih
sederhana dengan tetap mempertahankan beberapa dialog kunci yang krusial dan
esensial. What’s wrong with that?! Nggak ada yang dirombak
total kok. Kalo dalam istilah saya sih hanya ‘dipoles dan dipernis’ supaya
lebih cantik dan acceptable.
Lalu scenery dan kostumnya: superb!
Keindahan kuno kota Verona, Mantua dan beberapa kota lain di Italia terekspos
dengan bagus di sini. Bangunan-bangunan megahnya yang bergaya medieval dan gothic bikin
mata betah banget mantengin layar sembari liat akting pemerannya, dan menambah
kesan otentik dari filmnya yang memang bersetingkan Italia. Kostumnya juga
mendukung banget dengan setingnya yang tradisional. Rupa-rupanya Carlo Carlei
sepertinya ingin sedikit kembali bernostalgia dengan gaya penyutradaraan Franco
Zeffirelli yang dulu pernah membuat film yang sama dengan nuansa klasik Eropa
kuno.
Dan yang ketiga, pemeran-pemerannya yang cakep dan
brilian! Duo pemeran utamanya, Douglas Booth dan Hailee Steinfeld sangat eye
catchy sebagai Romeo dan Juliet. Kodi Smit-McPhee (pemeran putra Viggo
Mortensen dalam film The Road) yang imut dan cakep sebagai Benvolio. Aktingnya
si adik ini bikin seger mata dan dia bisa nampilin sosok Benvolio yang enerjik,
muda tapi sayang banget sama sepupunya Romeo dengan pas dan wajar dan saya
seneng deh mantengin wajahnya yang imut disamping aktingnya yang top abis! Dan
Ed Westwick pas banget tampang dan aktingnya sebagai Tybalt, sepupunya Juliet
yang gagah tapi pemarah dan gemar cari perkara. Bener-bener liat aktingnya saya
jadi ngerasa, ‘Ih ini orang tu kok songong abis ya? Orang Romeo gak cari
masalah kok ditantangin mulu!’ a great and talented actor! Dan
Christian Cooke sebagai Mercutio sangat impresif apalagi nggak gampang juga
meranin sosok Mercutio yang unik dan nyentrik:moody, humoris, agak
pemarah, sinis dan penuh sarkasme serta kerap bercanda dengan melontarkan
dialog-dialog panjang yang berisi dark humor; Lalu ada
pemeran-pemeran senior yang sangat ciamik dalam membawakan perannya seperti
kedua orangtua Juliet: Damian Lewis dan Natasha McElhone yang pas membawakan
Lord dan Lady Capulet yang masih saling cinta meski sudah sama-sama berumur dan
juga sangat sayang pada putrinya sampai-sampai mereka nekad memaksanya menikahi
pria pilihan mereka karena mereka mengkhawatirkan nasib Juliet setelah mereka
tiada nanti sedangkan Juliet tidak punya wali/pelindung yang bisa melindunginya
nanti, tanpa tahu bahwa Juliet sudah menikah dengan Romeo secara diam-diam;
Tomas Arana dan Laura Morante juga nggak kalah berwibawa dan anggun sebagai
kedua ortu Romeo Cuma sayang porsi tampilnya nggak banyak sih. Lesley Manville
sebagai bibi pengasuh Juliet juga sangat bagus performanya: menampilkan sosok
si pengasuh sebagai wanita yang keibuan yang menyayangi Juliet melebihi ibu
Juliet sendiri seperti dalam naskah aslinya; Dan yang paling mencuri perhatian
saya di sini adalah Paul Giamatti sebagai Pastur Lawrence. Akting beliaunya ini
bener-bener…extraordinary! Saat pertama ngebaca kisah Romeo and Juliet
dalam bentuk manga waktu SMA dan naskah teks Inggris pas kuliah dulu,
saya selalu ngebayangin sosok pastur Lawrence itu sosok orang tua yang periang,
bijak, pandai, baik hati juga sabar sekali pastinya karena beliau mau
ngedengerin curhat nya si Romeo bolak balik soal cintanya yang ditolak Rosaline
berkali-kali. Juga waktu nasehatin Romeo supaya nggak bunuh diri dan mikir
ulang betapa sebetulnya hidupnya masih lebih beruntung saat pemuda itu kalap
dan mencoba bunuh diri pada saat dia mendengar dirinya diusir dari Verona
sehingga mesti berpisah dari Juliet dan dari orang tuanya; atau saat nganjurin
Juliet buat pura-pura nerima lamaran Count Paris dan ngasih solusi yang luar
biasa buat masalah mereka (meski ujung-ujungnya fatal sih), saya ngebayangin
beliaunya ini pasti sosok yang betul-betul disegani. Dan Paul Giamatti sukses
ngebikin saya percaya kaloFriar Lawrence is really him!
Soundtracknya yang digarap oleh Abel Korzeniowski
juga cukup bagus dan mendukung suasana dengan menampilkan nuansa klasik sesuai
dengan seting filmnya, beberapa malah ada yang mengingatkan saya sama
soundtrack lawas dalam film Romeo and Juliet tahun 1968 yang dulu diaransemen
oleh Nino Rota.
Tapi tetap saja, ada satu minor flaw yang
saya juga liat dalam film ini.
Performa dan chemistry antara duo
pemeran utamanya. Douglas Booth dan Hailee Steinfeld masih kurang menghayati
peran mereka. Untuk Douglas, sebetulnya aktingnya lumayan, dia bisa nampilin
sisi diri Romeo yang lembut dan perasa hanya aja saya kok nggak bisa merasakan
sisi lain sosok Romeo yang enerjik, romantik, menggebu-gebu tapi juga spontan
dan ceria, a man full of passion and life (seperti dalam
performa Leonard Whiting maupun Leo DiCaprio dulu). Kadang ada momen di mana
saya ngerasa aktingnya lempeng-lempeng aja. Begitu pun dengan Hailee Steinfeld
sebagai Juliet. Kenaifan dan kepolosan Juliet nya cukup bagus tapi sisi
kedewasaan Juliet, transisinya dari anak-anak menjadi wanita dewasa yang penuh
gairah pada saat dia jatuh cinta pada Romeo itu nggak kerasa. Malah ada
beberapa momen di mana saya ngerasa dia kayak orang lagi baca teks aja nggak
ada penghayatan dalam dialognya =_=” (dan lagi-lagi, sori kalo saya mau nggak
mau ngebandingin, performa dia sama performa Olivia Hussey, pemeran Juliet
dalam film arahan Franco Zeffirelli tahun 1968 yang betul-betul bagus dan luar
biasa). Selain itu, di antara mereka nggak kaya ada sesuatu yang spesial
sebagaimana halnya suami istri muda atau remaja yang betul-betul saling
mencintai. Apa ya? Kok rasanya seperti orang yang lagi akting pacaran aja ato
dua sahabat baik yang pura-pura pacaran. Dan maaf-maaf banget lagi-lagi saya
nggak bisa nggak ngebandingin mereka dengan performa dan chemistryyang
bagus antara Leonard Whiting-Olivia Hussey ataupun Leo DiCaprio-Claire Danes.
Pun juga dengan scene endingnya yang rada-rada nggak nyentuh meskipun lagi-lagi
ketutup dengan performa Paul Giamatti yang meyakinkan!
Ringkasnya, kalo pecinta Shakespeare sejati saya
rasa mungkin tidak bakal suka dengan yang satu ini (seperti yang saya lihat
dalam banyak review di IMDb dan beberapa situs lainnya) bahkan malah akan mem ‘boo’ kan
adaptasi yang satu ini, karena dianggap sebagai film yang sangat ‘non
Shakespearean’ meski temanya sangat Shakespearean. Tapi
untuk mereka yang mengajar kelas literature dan ingin memperkenalkan
drama Shakespeare dulu kepada murid-muridnya yang mungkin belum mengenal
drama-drama karya Shakespeare, ini bisa jadi pilihan bagus yang tidak bikin
ngantuk atopun bingung karena kendala di bahasanya yang njlimet.
Nah benar ato enggaknya penilaian saya, silakan anda
tentukan dengan menonton filmnya sendiri oke? Sampai jumpa di review
berikutnya!^^
Wow Kebetulan saya belum nonton yang 2013. Ini ngingetin saya sama pentas drama yang pernah saya ikuti di kampus ;]
BalasHapussaya setuju dengan anda. romeo dan juliet 2013 pada dasarnya bagus tapi masih kurang chemistry and kedua pemain utamanya. beberapa minggu
BalasHapuslalu saya pertama kali menonton romeo
dan juliet tahun 1968 dan it's very
amazing. walaupun sudah lama tetapi
akting para romeo dan juliet 1968
memang sangat keren dan brillian.
terutama kedua pemain utamanya maka
tak heran jika filmnya sangat terkenal
dan sukses pada masanya. menurut di beberapa artikel lain yang saya baca versi tahun 1968 inilah yg paling sesuai dengan naskah asli karya william shakespeare. bahkan sampai saat ini saya masih menonton berulang kali romeo dan juliet 1968 ini, performa para pemainnya membuat kita tidak bosan untuk menontonnya.