Minggu, 14 Juli 2013

Bullshit Episode 4 : My Gaming Experience.

Kadang saya mengenang kembali bagaimana masa lalu, di mana saya mulai mengenal video game.  Yah, saya pertama kali mengenal video game itu saat masih SD sekitar kelas dua.  Saya tahu dari tetangga yang memainkan game Nintendo.  Tapi, di Indonesia bukanlah official Nintendo.  Dulu, ada polystation dan V-com.  Dimana kamu masukkan katrid di atasnya dan memainkan Super Mario Bros.



Hack dan modifikasi di Indonesia memang banyak sekali.  Sekarang banyak handheld konsol untuk main Nintendo.  Saya bahkan masih mengenang dimana saya pertama kali menamatkan Mario Bros tanpa menggunakan short cut dan mendapat lebih dari seratus 1 up.  Di era nintendo di Balikpapan. Game-game amat terbatas.  Kebanyakan game yang itu-itu saja.  Duck Hunt, execite Bike, Zippy Race, Olimpics, dan lain-lain.  Saya sempat main game beberapa game khusus, seperti Jungle book, Batman, dan James Bond. Yah ketiga game itu tidak ada yang bisa aku tamatkan. Bahkan sampai sekarang Batman masih belum bisa aku tamatkan.

Saya tidak pernah rasakan Sega, Super Nintendo, Sega Genesis, atau konsol lain. Saya langsung ke Playstation.  Pertama kali saya merasakannya dari rental dan memainkan game Tekken 3. Saya bertanya-tanya, mana game Tekken sebelumnya. Saya main tekken 1 dan 2 saat SMP. Jujur saja saya ga suka. :v

Saya menjadi seseorang yang suka game petualangan, beat them up dan platform game.  Sampai akhirnya saat kelas 6 SD.  Sepupu saya meminjamkan saya game Suikoden.  


Yah, itu covernya. Saya masih tidak mengerti kenapa cover yang seperti itu yang muncul di Indonesia. Saya saat memainkan gamenya say atidak menemukan satupunw wajah karakter dari cover di game.  Mana Tir? Mana Gremio? Oke, saya harus bilang saya yakin yang pojok kiri atas itu adalah Barbarosa. Cuma siapa karakter lainnya?

Ah, sudahlah.  Tapi game Suikoden adalah yang sangat mindblowing saya saat itu.  Baru pertama kali saya memainkan game yang punya plot, alur cerita, karakter yang banyak, dan punya konsep yang kuat.  Saya begitu care dengan karakter-karakter yang ada.  Saya suka Gremio yang terus memanggil karakterku dengan Young master, bagaimana perang terjadi.  Yah, game inilah penyebab saya mulai suka bahasa Inggris dan banyak belajar dari game ini.

Tentunya karena begitu menyukai game Suikoden.  Saya benar-benar antisipasi sekali saat mendengar sekuelnya. Suikoden 2 dan... saya makin kagum dengan game itu. Selain grafis yang emingkat. Story yang di game itu sangat kuat.  Villain yang memorable, siapapun yang pernah memainkan Suikoden 2 tidak akan pernah melupakan Luca Blight dan saat pertarungan melawannya benar-benar mendebarkan. Bahkan lebih mendebarkan dibanding final boss.

Karena begitu kerennya Suikoden 2.  Saya sangat mengantisipasi Suikoden 3, sayangnya itu ada di PS 2 dan saya belum memilikinya.  PS 2 hanya ada di rental dan faktanya di komplekku, hanya akulah yang memainkan RPG. Tidak ada orang lain yang memainkan game sejenis ini dan otomatis game Suikoden 3 tidak bisa aku rasakan.  Namun, setelah memainkan Suikoden 1 dan 2 di Playstation.  Saya pun mulai mencari game sejenis.  Saya cukup mendengar desas desus tentang bahwa Final Fantasy adalah salah satu best RPG di Playstation.  Kalian tahu, game itu langka tidak main-main.

Selain semua game-nya tidak satu disc, RPG adalah genre langka.  Saya pun memainkannya dari meminjam. FF pertama yang saya mainkan adalah FF 8 dan... saat di disc 3 kasetnya rusak. Damn It!  Saya juga pernah merasakan game keren yaitu Legend of Legaia, saya berhasil menamatkannya, walau saya harus ngecheat karena susahnya ga main-main.

Setelah itu.  Saya menemukan beberapa RPG yang menarik.  Saya memainkan Rhapsody the Musical Adventure. Game RPG Girlish yang menceritakan seorang cewek musisi yang ingin menyelamatkan sang pangeran.  Storynya ringan, namun asik dimainkan.


Sejauh ini.  Saya semakin tertarik dengan RPG.  Lebih banyak lagi, saya mencari RPG lagi.  Saya pun menemukan satu RPG lagi yang amat menarik.  Star Ocean : Second Story.  This one also really a great game.  Di mana game RPG mayoritas yang saya kenal adalah turnbased.  Star Ocean menyajikan realtime fight.  Di mana karakter digerakkan dan menyerang.

Game ini menghadirkan sistem pilih karakter dimana karakter hanya bisa dipilih maksimal 8 orang. Seperti layaknya di Suikoden dimana kamu harus memilih antara Feather atau Abizboah.  Jadi jika mau rasakan semua karakter, mainlah dua kali.

Okay, selain game tersebut. Saya juga sudah merasakan game seperti Beyond the beyond, Wild Arms, Chrono Cross, Breath Of Fire IV dan masih ada beberapa lagi.  Tapi, tidak banyak dikarenakan PS 1 saya akhirnya wafat dan membuat saya tidak bisa memainkan game-game di PS 1 lagi.

Setelah agak lama, saya akhirnya bisa membeli PS 2 dan tentu yang paling saya harapkan untuk dimainkan adalah Suikoden 3 dan kalian tahu, saya kecewa dan tidak lanjutin sampai sekarang.  Bahkan, tidak menyentuh Suikoden di PS 2 lainnya.  So, saya pindah seri.  Saya cari game RPG lain.

Eits, saya lupa satu hal.  Sebelum beli PS 2 saya merental PS 2 dan sempat memainkan RPG di sana.  Tentunya ga puas, main RPG di rental bukan pilihan bagus.  Saat itu saya benar-benar mendengar tentang RPG Valkyrie Profile 2 : Silmeria.



Siapapun yang pernah memainkan game ini, pasti tahu kalau game itu sangat tidak pantas dimainkan di rental. Saya tidak bisa menamatkannya ditambah lagi kasetnya rusak di rentalan.  So, saya main RPG lainnya yaitu Atelier Iris 3.  Saya sangat mengenang game ini karena ini adalah Game RPG PS 2 yang pertama saya tamatkan. Storynya bagus, dan punya karakter yang memorable. Sistem turn based-nya punya ciri khas yang unik.


Akhirnya setelah mendapatkan PS 2, saya mencoba memainkan game-game RPG untuk konsol ini.  Saya mencoba amat sedikit.  Salah satunya adalah Star Ocean : Till the end of the Time, walau saya bilang game ini bagus. Tapi, banyak aspek yang saya tidak suka dan tidak bisa mengalahkan Star Ocean sebelumnya yaitu... Star Ocean Second Story, saya akhirnya juga berhasil menamatkan Valkyrie Profile 2 : Silmeria.  Castlevania : Curse of the Darkness juga termasuk. Walau saya sebel, karena kaset saya freeze di tengah jalan.  Kemudian saya menemukan satu game RPG yang sampai sekarang saya sebut the best RPG all the time in my life. Saya selalu sebut  sebagai RPG paling saya favoritkan.

Tales of the Abyss.


Game ini adalah game paling membuat saya mindblowing. Bahkan melebihi dari semua game RPG yang pernah saya mainkan seumur hidup saya.  Tales of the Abyss bisa dibilang sebagai Tales series terfavorit, ada game side story, bahkan adaptasi ke anime.

Saya jelaskan sekilas tentang kenapa saya amat menyukai Tales yang satu ini.  Karakternya semua dirancang dengan sangat baik. Tidak ada karakter yang useless atau yang tidak terikat dengan plot utama.  Setiap karakter punya ikatan dengan villain dan punya alasan kuat kenapa mereka ikut dalam party.  Setiap karakter juga punya sifat yang unik, karakter utama pun adalah seseorang yang belajar pelan-pelan tentang dirinya sendiri sebagai seorang Hero, chemistry dirinya dengan karakter lain pun amat kental dan terasa. Romance yang disampaikan dikemas unik.  Dari konsep dan karakterisasi Tales of the Abyss amat sangat memukau saya.  Battle sistemnya adalah Real Time, tapi ada yang beda dari Star Ocean. Di battle kamu bisa multiplayer, bahkan sampe empat player.  Setiap karakter bisa jadi avatar alias karakter yang digerakkan di world map, setiap karakter bisa ganti kostum yang di dapat di sepanjang cerita.  Ada Skit-skit lucu sepanjang perjalanan.

Begitu banyak hal bagus dari game ini hingga saya tidak akan lelah mengatakan semua hal yang saya suka darinya.  Jadi bukanlah suatu alasan kosong kenapa saya memilih game ini sebagai game terbaik yang pernah saya mainkan.  Sampai sekarang masih belum tergantikan oleh RPG manapun.

Saya sempat memainkan Grandia 3 dan bagi saya salah satu RPG yang tidak saya lanjutin dikarenakan kecewa.  RPG adalah game yang punya digital emotion yang kuat bagi saya.  Di mana saya merasa care dan suka karakter yang ada di dalamnya.  Saya main Grandia 3, saya suka karakter Miranda alias Ibu dari Yuuki sang karakter utama.  Mengejutkannya Miranda dihapus dari permainan dan tidak pernah muncul sampai akhir cerita. Mengetahui itu, saya syok dan berhenti mainkan game ini dan sampai sekarang tidak ada keinginan untuk melanjutkannya.

Sebenarnya amat sedikit game-game RPG yang pernah saya rasakan.  Apa lagi saya baru sadar betapa banyaknya game RPG bagus di PS 1 yang saya lewatkan.  Lebih parah lagi saat saya sadar, bahwa banyak konsol yang saya lewatkan. Super Nintendo, GBA, Sega Genesis yang punya RPG-RPG keren.  Walau saya suka mayoritas RPG ada juga beberapa RPG yang saya beri predikat terburuk.

Beyond the Beyond di PS 1 adalah salah satunya. (saya akan review game itu nanti), lalu tidak lupa Breath of Fire Dragon Quarter di PS 2.

Saya adalah tipe orang yang masih menyukai game-game lama dan amat sangat menikmati game-game tersebut. Di mana gamer tidak terlalu peduli soal grafik, tapi yang penting adalah gameplay dan story yang memukau.  Saya pun berterima kasih karena setelah saya mengenal Emuparadise, kini saya benar-benar bisa memainkan game-game lama yang telah saya lewati lagi di masa kini.  Saya begitu terkejut melihat begitu banyak game RPG yang ada di PS 1 dan PS 2.  Begitu banyak pilihan game.  Bahkan saya memutuskan jadi seorang reviewer game lama dikarenakan website tersebut.

Walau saya seorang RPG Gamer, saya tetap menyukai game-game action seperti God of War, God Hand, Fighting Force, tapi saya tetap memilih RPG adalah genre favoritku. Begitu banyak pengaruh genre tersebut dalam kehidupanku.  RPG membuat saya bisa berbahasa Inggris seperti sekarang, game RPG yang membuat saya terinspirasi untuk menulis novel.

Well, that was mouthful.  Jadi itu sekilas alasan kenapa saya jadi seorang RPGmania.  Hehe, walau saya tidak begitu hardcore hingga membuat saya mainkan semua RPG, tapi saya harus akui RPG punya banyak influence sama kehidupan saya.  Saya bukan tipe gamer shooter, apa lagi FPS. Saya sama sekali ga bisa main FPS sama sekali, dikarenakan saya punya kemampuan buruk dalam tepat sasaran.

Terima kasih sudah mendengar bullshit saya.  Ceritakan juga pengalaman kalian sebagai gamer dan apa penyebab kalian mencintai suatu genre dalam game tersebut di komen.  Sampai jumpa di bullshit episode selanjutnya.

See yaa!!

Kamis, 04 Juli 2013

What Casian Thinks about Parasite Eve? (Game)

This Time is another Guest review.  Thanks for Casian Lionheart for Contribute your review in my Blog.  Enjoy.


Ah yes another SquareSoft gem from the past, Parasite Eve 2 was released in 1999 in Japan and in 2000 outside of it telling the story of our pretty blonde Aya Brea 3 years after the New York incident from the first game, Parasite Eve. The game is a survival-horror, action RPG and is really very different from the first one. If you played the first one and got used to the controls and mechanics prepare to be screwed over because this one is almost nothing like it.



Parasite Eve II
Developers by Squaresoft
Publishers by Squaresoft
Platform : Playstation
Genre : Action RPG, Survival Horror

Although this IS a good game SquareSoft made a few errors in my opinion when creating it. First of all and the thing that bothered me the most are the controls. Yes the controls, no more fixed camera free movement in all direction using the d-pad or analog stick, no, they had to copy the control scheme from Capcom’s Resident Evil series and this is mainly the aspect that really disrupted my game play because I’m not used to the so called “tank controls”. Apparently SquareSoft thought it was a great idea, I say it’s not. The controls should have stayed as in the first game because just like in the first game you have to dodge enemy attacks. Some say this adds to the challenge of the game but I say it makes the player throw the controller at the TV after 25min of game play at most. I for one gave up on it the first time before even going through half the first mission till I decided to give it a second chance and deal with the awkward control scheme.



The first game gave you the ability to customize your weapons the way you wanted, add slots for bonuses and so on. That feature is gone although the game is more detailed in terms of ammunition featuring several types such as shotgun shells, rifle rounds, your basic bullets for guns and even 3 types of grenades for your grenade pistol/launcher. Seems like a good deal but sometimes ammo can become scarce and running out of ammo during a battle requires you to use your PE (Parasite Energy) or run away. Running away penalizes you though and should only be used if you know you’re screwed meaning you have no MP left to beat the enemies on screen or no close combat weapon attached to your armor.



BP in this game are your currency and not awesome points that allow you to upgrade your weapon firepower, armor defense, ATB gauge speed or inventory slots. This brings us to the next negative aspect of this game (IMHO).  Inventory is limited to 20 slots out of which 3 will always be filled with your currently equipped weapon, ammo for it and of course your body armor. So you basically have 17 slots for items and no way to go any further than that. This at first wouldn’t seem like a problem but for completionists, like me, it’s a pain. You won’t believe how many items and types of ammo the game throws at you and you won’t have space for them unless you use them throughout the game.



There’s also a new PE system. If in the previous game your PE increased during battle this one gives you MP to work. It still regenerates but only after battle and some of the bonus MP you get after battle is so small you will end up without MP if you’re a fan of magic and overuse it. I still haven’t figured out what determines how much MP you regenerate after every battle, maybe it’s fixed for every battle maybe it’s random I have no idea. In the first game you gain PE powers by earning experience and gaining levels. Parasite Eve II said screw that and took out the level up system. Instead you do earn experience points which you use to revive your latent abilities.



There’s 12 spells in the game divided into the categories of the 4 elements water wind fire and earth. They should have implemented a heart element as well so Aya could’ve summoned Captain Planet as well. But the spells are pretty cool and if used at the right time. Personally I like Plasma, Necrosis, Pyrokinesis, Healing, Metabolism and Energy Shot. These come in handy in boss fights especially Energy Shot which amplifies the damage you do significantly. Necrosis is good again because it inflicts a status similar to poison from other RPGs and it really helps with enemies that have high HP and surprisingly it works on some bosses as well rendering them harmless  so you can fill’em full of lead without them having a chance to retaliate because poison damage interrupts their attacks. Aside from the normal spells Aya has displayed in her PE status screen there are also 4 other spells that are only available if you get the other 2 from the same element to level 3. I played through the game killing all the enemies that were available everywhere and didn’t have enough experience by the end of the game to have them all at level 3 so chose wisely what you want to upgrade and read their descriptions before upgrading.

Now that we got the ugly stuff out of the way let’s see what makes this game worth playing.
As far as the graphics go I really can’t say much about them because I never and I mean NEVER take graphics into consideration in a game, for me graphics are the least important in a game. This game features like the previous one some nice transformation FMVs and a shower scene which caught my eye. Also you’ll be seeing Aya’s ass wiggle a lot on screen and for a PS1 game they did a pretty good job with it, I can’t complain about the graphics they’re good. Better than the previous game.



SquareSoft is known for making RPGs with good music. Well I have to say I’m not quite sure why this isn’t one of those RPGs. I went through the game twice top to bottom but the background music doesn’t really stand up and isn’t memorable in my opinion. I may be wrong though because the intro song is really nice and kind of sets the tone of how the game will be. I’m exaggerating but the intro is good, nothing else comes to mind when thinking about music in this game. At least not to my mind I heard dead silence for the most part of the game. Maybe I didn’t pay enough attention, who knows?

Now let’s talk about the game play shall we? As I mentioned before the controls are really not fit for this kind of game but I also said that’s just my opinion. Aside from the controls the game play is really what you’d expect from Parasite Eve, shooting the living shit out of mutants. It’s really satisfying to hear them give out their last squeal of pain and melt into the ground. Parasite Eve II is relatively a short game and takes about 6 hours to beat even if you do backtracking for ammo or cleaning up the “hot spots” in the whole game. The ATB gauge is gone as well but in this game I’m glad there’s no such thing considering how hard it is to dodge with the “tank controls”. Random encounters have also been removed and replaced with the so-called “hot spots”. This means that when you see a red room on your map prepare for a fight because something is going to attack you at some point. Once cleared a “hot spot” spawns no more enemies until another in game event happens so check your map after major events in the game if you want to rack up on experience points and BP.  I won’t go into detail with what you do throughout the game to not spoil it for
those who haven’t played.

Story wise the game shines I loved the story of the game with its major twists at the end amazing cut scenes that describe what’s happening perfectly. It’s interesting enough to keep you playing all the way through the game.



Replay value? Ho ho ho. After one play through you think you beat the game and that’s it? No no no no, after you play through the game once, new game play modes are unlocked  this includes Replay, Bounty, Scavenger and Nightmare modes each one being harder than the other Nightmare being the hardest. Also if you finish the game certain items will be unlocked depending on the amount of exp you gathered throughout the entire game. Your PE spells will also be for sale at the price of the amount of experience they cost and at the level you had them at the end of your last play through. So in what concerns replay value this game has a lot of it.

Overall the game is not bad but it certainly isn’t the best out there I consider its predecessor to be superior because of its more comfortable controls, ability to buff weapons and armor with BP and customize them however you wish. This game has its charm as well and after getting used to the controls it does become enjoyable and fun but not as fun as Parasite Eve. I really can’t decide whether or not it is a good purchase. On one hand you have the rich replay value, awesome story and very nice FMV cut scenes (did I mention the shower scene?). On the other you have stiff controls and music that doesn’t stand out and dead silence. Really up to you I can’t decide for myself.

Thanks Casian for your review. He not using Final Verdict. So that about Parasite Eve II.

Anyway thanks for read this review. As always not forget to listen what Yui tell you...  ==>

See you guys until I think something else.