Selasa, 14 April 2015

What Zen Thinks about Suikoden I (Games)

Kalian tahu berapa lama saya mau review game ini?  Well, saya harus bilang sangat-sangat lama. tapi baru kemarin saya bisa tamatkan dalam waktu tiga hari.

Inilah dia, my very first RPG, Genso Suikoden.


Suikoden adalah RPG pertama yang saya mainkan dengan tidak sengaja.  Saya dulu meminjamnya dari sepupu dan ternyata saya mulai ketagihan memainkannya.  Bermodal Bahasa Inggris yang pas-pasan, Suikoden membuat saya belajar bahasa Inggris lebih giat.  Terutama saat tidak tahu harus kemana.

Suikoden adalah RPG Classic yang sampai sekarang tetap tidak pernah bisa tergantikan.

Game ini bercerita tentang Tir McDohl (Hero) seorang anak jendral Imperial Army terkenal Teo McDohl yang memulai pekerjaannya di Gregminster.  Dia bersama sahabat lamanya, Ted, pengasuhnya Gremio, Cleo dan Pahn menjalankan misi-misi sederhana.  Namun, pelan-pelan Tir melihat bahwa Imperial Army tidak bersikap baik.  Dimulai dari saat melihat anak-anak yang dipukuli oleh tentara hanya karena alasan sepele.

Kejadian ini membawa Tir dan teman-temannya dalam masalah hingga membuat Tir harus menentukan Takdirnya sendiri.

Seperti tagline dari game-nya, "Is fate unchangeable?"

Suikoden menggambil sistem turn based combat system seperti layaknya mayoritas JRPG. Kita bisa membawa enam orang termasuk hero (Tir).


Kita bisa memilih Attack dan Defense.  Item untuk memakai Item, Rune sebagai skill attack/magic attack. Tapi, yang paling saya suka dari game ini adalah Unite Attack.  Seperti layaknya Chrono Trigger,  Dimana 2 karakter atau lebih bisa menggabungkan serangan mereka untuk mengalahkan lawan.  Kadang harus dibayar dengan dimana karakter akan mengalami unbalance state dalam beberapa waktu.

Rune sendiri di game ini lebih bebas karena kita bisa menentukan mayoritas karakter rune apa yang harus mereka miliki, kecuali untuk beberapa karakter yang sudah lengket rune-nya.

Grafik Suikoden I memang tidak begitu impresif tapi setidaknya tampak unik dan penuh warna untuk sprite karakternya.  Tapi, untuk background dan tileset masih tidak terlalu bagus dan masih terkesan kasar.

Beberapa masalah yang saya harus sebut adalah tidak bisanya karakter kita untuk lari.  Entah Konami tidak membuat animasi sprite untuk lari (at least untuk karakter utama) dan menggantinya dengan harus ada Holy Rune di party.  Jujur saja, ini benar-benar kendala hingga akhirnya saya harus memasang Stallion kemanapun pergi.  Setidaknya syukur kita punya Fast Travel nanti.


Sesuatu yang paling spesial dari Suikoden series (dimulai dari sini) adalah recruitment system dimana kita bisa mempunyai 108 rekrutmen di kastil.  Jika kalian baru pertama kali tahu Suikoden pasti terkejut karena sekian banyak karakter yang bisa dimainkan.  Yups, emang sangat mengagumkan.

Di Suikoden I mayoritas karakter adalah playable, namun ada beberapa karakter yang aku rasa juga tidak perlu jadi Playable, seperti Sansuke, Sergei, juga Antonio.  Mereka sebaiknya hanya jadi NPC saja.  Problem ini diperbaiki di Suikoden II.

Sesuatu yang paling spesial dari Suikoden I adalah karakter-karakter dan ceritanya.  Cerita Suikoden I bukanlah tentang menyelamatkan dunia, tapi tentang menghentikan perang.  Dimana Hero membentuk sebuah Army demi mengalahkan Imperial dan membuka satu per satu tabir rahasia.


Game ini penuh dengan karisma dan juga emosional karakter, walau ada 100 lebih karakter, mereka semuanya punya kepribadian bahkan back story, walau tidak dijelaskan secara penuh, namun bisa kita rasakan dalam dialog karakter.  Saya berharap di game ini ada semacam Private Action seperti Star Ocean dimana ada kejadian-kejadian unik di dalam kastil yang membuat karakter kita lebih paham background story karakter lain dan lagi-lagi ini diperbaiki di Suikoden II.

Waktu menamatkan game ini tidak terlalu lama dan mayoritas rekrutmen sederhena untuk diajak bergabung. Mayoritas cukup dengan bicara dengannya saja, dan beberapa yang lain membutuhkan sedikit usaha.

Tidak lupa musik-musik karya Miki Higashino AMAZING music.  Musik-musik dari Suikoden sangatlah memorable.  Favoritku masih Tiny Character in Huge World dan original Suikoden Theme Into a World of Illusion sangat saya favoritkan dan menjadi salah satu musik paling saya sering dengar di HP.


Dengan mechanic flaws yang saya sebut di atas.

That's Why Suikoden I is Worth Your Time terutama jika kalian fokus pada story-nya.


Sekarang untuk SPOILER REVIEW!

Jadi jika kalian belum pernah main sebaiknya segera tinggalkan review ini atau kalian tidak peduli kena spoiler.

Suikoden membawa cerita dimana Tir dan teman-temannya pelan-pelan melihat kalau Imperial mulai bertindak jahat, korupsi dimana-mana, dan menindas kaum lemah.  Tir dan teman-temannya pun sadar mereka sudah jadi buronan setelah kejadian Ted yang diincar-incar oleh Windy seorang penyihir jahat.

Bagi saya, saat saat dimana Tir menentukan takdirnya sebagai pemimpin Liberation Army adalah hal yang tidak mudah, apa lagi harus melawan Ayahnya sendiri kelak.  Apa lagi Rune yang dimiliki Tir adalah Rune of Life and Death atau Soul Eater adalah Rune yang diincar Windy untuk membuat kekacauan.

Untuk memperkuat Soul Eater, Rune ini akan memakan jiwa-jiwa orang terdekat si karakter utama.  Itu termasuk Odessa, Gremio si pengasuh Tir, Teo ayahnya sendiri dan Ted sahabat terdekatnya.  Aku masih sangat ingat bagaimana kematian Gremio sangat membuatku syok dan benar-benar tidak tahan untuk membunuh Milich.

Walau akhirnya aku tidak dapat 108 karakter, tapi saat itu aku puas sekali.  Kematian Gremio adalah yang paling bikin aku sedih dan bahkan... sampai menangis saat itu.  Apa lagi dia karakter paling penyayang sejak awal game, Gremio biasa aku panggil Kenshin Himura btw.

Well, terima kasih sudah membaca review ini, karena skripsi saya jadi kurang produktif...

Sampai jumpa sampai saya memikirkan sesuatu yang lain...