Selasa, 30 Desember 2014

What Zen Thinks about Winterflame? (Novel)

Saya sudah lama tahu novel ini akan terbit... Bahkan sejak dua tahun lalu. Saya sudah menunggu agar novel ini terbit dan akhirnya terbit saatnya untuk review Winterflame...

WinTerFlame... WTF :D



Winterflame adalah novel ketiga dari Fachrul Razi satu-satunya novelis Vandaria yang saya follow dan saya rasa penulis vandaria paling produktif dari yang lain.




Winterflame bercerita tentang sekelompok pencuri bernama Rhys, Sasha dan Algisarra. Suatu ketika saat mereka mencuri sesuatu, something fucked up and.. everything fucked up dan membuat membuat mereka akhirnya jadi budak ke sebuah situs penggalian untuk mencari Winterflame.



Untuk plot saya suka dengan pilihan penulis dalam membuat karakter tidaklah terkesan Choosen One, saya tidak suka cerita semacam itu. Karena itu membuat seorang karakter tidak leluasa dengan pilihannya.  Seperti Gabriel Belmont di Lord of Shadow, I hate the story dari game satu itu.



Plotnya sendiri simpel, dimana sesuatu yang terjadi membawa mereka ke sesuatu yang besar. Layaknya si Alice yang tidak sengaja masuk ke wonderland karena mengikuti kelinci.  Tapi, di dalam kasus ini adalah salah sasaran yang membuatmu jadi budak untuk kerja siang malam dan bertemu "kawan" lama...

Bagi saya, karakter adalah menjadi hal paling menarik dalam karya-karya penulis satu ini. Setiap karakter punya dark side, tidak ada yang putih... semua punya sesuatu yang membuat karakter-karakter di dalam novel penulis ini careable.. 

Saya pribadi sangat suka dengan Algisarra. Dia seperti si Groot in more dark tone.  Dia tidak banyak bicara, kebanyakan dia lakukan langsung ke aksi.  Yah... wajar, dia bisu.  Walau tanpa bicara pun dia menjadi karakter yang sangat penyayang.



Rhys sebagai karakter utama di sini pun awalnya karakter yang saya benci karena pikirannya tidak rasional.  Namun, pelan-pelan saya mulai tertarik padanya.  Tapi, karakter paling mengganggu tentu saja Sasha, walau demikian saya tidak sampai membencinya sepenuhnya, dia adalah karakter paling rasional di sini.

Bagi saya karakter-karakternya bertindak rasional, contohnya saja kebanyakan di cerita lain orang akan mendukung sebuah saran besar dan mengatakan, "Saranmu bagus sekali, sudah ga usah khawatir... pasti berjalan lancar." Tapi, di novel ini malah seperti ini, "Saran itu sudah saya mau utarakan, tapi orang lain pasti menantang. Pas kau cetuskan, itu jadi ide sangat bagus dan saya mendukungmu... andai gagal kau yang akan disalahkan bukan saya."

Yeah... saya suka hal seperti ini karena itulah pikiran politik. Emang picik, tapi rasional toh?

Tidak ada twist-twist yang menggetarkan di sini seperti yang saya rasakan di Redfang (Novel yang saya jadikan bahan skripsi nanti). Sebab Penulis tidak suka namanya menggunakan Schyamalan Twist, dimana tidak ada hint dan itu terjadi tiba-tiba saja.  Just boom!! at your face!

So, akhirnya tetap arah plotnya sudah kalian tahu dan jika kalian perhatikan twist-nya pasti tidak akan memuaskan kalian.  Namun, Saya rasa ada saatnya juga Fachrul keluar dari formula ini, ada saatnya dia mencoba sesuatu yang baru... saya juga berharap dia membuat cerita tentang seorang yang emang baik-baik tapi kena masalah. Suatu saat nanti saya harap.

Gaya menulis dari Fachrul masih baik dan masih mudah untuk dimengerti. Namun, saya menemukan dia kerepotan untuk menjelaskan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. Akhirnya malah menulis kata Ganjil berkali-kali. Penulisnya sendiri bilang ke saya itu tidak sengaja, namun penggunaan kata Ganjil berulang-ulang itu membuat saya merasa penulis kehabisan kata-kata 

Adegan laga di novel ini saya suka, namun hanya bagian awal saja yang saya rasa amat menarik. Karena menjelaskan adegan action tidak hanya dari gerakan utama yang terlihat, tapi juga gerakan pendukung. Itu menyadarkan saya tentang menulis adegan laga.

Ilustrasi fokus pada landscape dan scenery. Saya rasa sih, sebenarnya saya berharap ada gambar karakter-karakter juga di dalam novel ini. Saya berharap melihat adegan Algisarra bertarung, saya berharap melihat adegan Rhys sedang.... (spoiler spoiler) Sesuatu yang sulit ditulis agar bisa terbayang secara visual.

Vandaria saya rasa saat melakukan ilustrasi perlu diskusi sama penulisnya. Tanya sama penulis kira-kira adegan mana yang dia kerepotan menjelaskan adegan tersebut, lalu minta ilustrator gambarkan adegan tersebut agar pembaca bisa paham dan lebih terbayang seperti apa yang sebenarnya terjadi.

Jika ditanya, apa saya mau baca Winterflame lagi? saya akan jawab HELL YES!

Karena itu Winterflame make me want through this again.


Terima kasih sudah membaca review ini, selanjutnya saya akan review...

Game Android... apa itu? Tunggu saja :D

Keterangan Rating.

nilai 1-2 saya akan sebut This will torture your soul to the damn ini artinya apapun yang saya review adalah karya yang amat buruk dan jika kalian maksa buat mainin, nonton, ataubaca akan merusak jiwa kalian.

Nilai 3-4 saya akan sebut Turn your Brains off to enjoy this Ini adalah sebuah karya yang jika ingin dinikmati maka kau harus matikan fungsi otakmu.

Nilai 5-6 Saya akan sebut It's good to time wasting artinya kalian bisa menikmati hal ini jika ga ada kerjaan, tidak ada tugas, hanya buat main-main dan tidak ditanggapi serius.

Nilai 7-8 Saya akan sebut This is worth it, Enjoy your time with it! Dengan kata lain karya ini pantas untuk kalian nikmati dan pantas kalian gunakan waktu kalian untuk merasakannya.

Nilai 9-9,5 Saya akan sebut You want through this again! Ini saya maksudkan bahwa karya ini pantas kalian baca lagi, nonton lagi, mainin lagi alias punya high replay value.

Sekarang untuk nilai tertinggi 10 saya akan sebut AMAZEPIC (It's Amazing because it's Epic) ini jelas sebuah karya yang menurut saya benar-benar pantas kalian nikmati dan sangat memorable.  Dapat nilai 10 bukan berarti karya ini flawless.  Tapi, saya cuma menegaskan bagian hal keren dari karya ini jauh lebih banyak dibanding yang jeleknya/flaw-nya.  Ibarat 11 hal bagus dan 1 hal jelek.

2 komentar:

  1. Wow. Yang bikin saya penasaran adalah pemasukkan(?) beberapa karakter dari buku lainnya di akhir. Jadi pengen baca juga yang Vandaria Saga yang lainnya. Dan perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lainnya pun apik sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya rasa juga demikian. Fachrul bagus kalau nulis2 begini, sesuatu yang bisa bikin kita masuk ke dunia vandaria walau tidak terlalu tahu banyak soal vandaria itu sendiri.

      Hapus