Rabu, 19 Juni 2013

What Zen Thinks about Bleeding Survivor and 13? (Novels)

Fuuh, kebetulan keduanya bertema horor, kenapa tidak disatukan saja.  Mari kita mulai dari Bleeding Survivor.


Diterbitkan oleh GACA
Editor oleh Ara Philomina
Desainer Cover Oleh Ruri Hefni
Ditulis oleh Jacob Julian


Bleeding Survivor adalah sebuah cerita yang mengisahkan tentang Peter Mitt, seorang siswa unpopular yang sering dibully oleh Brent Geng.  Dia punya sahabat bernama Stink (segera tutup hidung!) dan seorang gadis Gothic bernama Dido.  Peter sebenarnya agak-agak tertarik dengan pacar Brent yang bernama Naomi... Well, cukup klise.  Ingat film Dan (Si pemilik cincin menghilang), punya keadaan yang sama.

So, menjadi seorang yang terus dibully, disiksa, disakiti secara tidak adil dan tidak punya pertolongan dari siapapun pastinya Peter berharap bisa lakukan sesuatu demi bisa membalas dendam dirinya pada Brent Geng! So, kenapa judulnya ga jadi Bully Survivor, tapi Bleeding Survivor?  Well, setelah membacanya kau akan ngerti.

Novel ini membawa tema klasik, tentang anak yang dibully dan ternyata dia dapat sejumlah kekuatan untuk membalasnya.  Kekuatan tersebut yang jadi konflik besar nantinya.

Bleeding Survivor menyajikan sebuah setting dan nuansa yang tidak menyenangkan, dikarenakan orang-orang mengalami bully secara tidak manusiawi ditunjukkan oleh penulis secara gamblang sampai-sampai saya ngelus dada.  Saya juga adalah korban bully dulu, tapi saya tipe cuek dan ga peduli dengan apa kata orang lain. Tapi, di novel ini adalah tipe Bully di tradisi barat dan jauh lebih mengerikan dari yang aku bayangkan.

Dimana Popular adalah sesuatu yang amat penting di dalam sekolah dan dimana orang-orang menginjak-injak orang lain seenaknya. Walau dibawa ke plot yang klise dan jujur saja saya bisa menebak nyaris semua plot yang ada.  Namun, karakterisasi di novel ini amat menarik perhatianku.  Karakternya kuat dan konsisten membuat saya bahkan bersimpatik sama beberapa karakternya.  Dido misalnya...

Selain karakterisasi dan setting yang dibangun kuat, novel ini menyajikan beberapa adegan aksi dengan tensi yang tinggi. Peletakannya pun pas. Tidak memaksa pembaca sampai tidak bernafas karena adegan aksi yang ga habis-habis.  Well, it's great eventually.

Konsep soal Bullying ini sebenarnya sudah banyak dibawa.  Namun, yang satu ini punya sedikit keunikan dari buku-buku lain.  For me is readable and enjoyable.  But, not really impressive.

Saya akan berikan Bleeding Survivor 6.5/10 Not bad.  :)  saya pikir mayoritas orang akan enjoy membacanya.  Terutama bagi orang yang pernah merasakan Bully.  We know how you fee, bro.

Sekarang saya lanjutkan ke novel Horor.

13



Diterbitkan oleh Mediakita
Penyunting oleh Jarot Setyaji
Ditulis oleh Dedek Fidelis Sinabutar


First thing first, saya harus berikan jempol buat desain cover. Yaitu... Ferdian. That cover already freak me out.

13 adalah sebuah buku dengan berbagai macam cerita yang ditulis dengan POV 1.  Buku ini dikemas amat unik oleh penulis dimulai dengan warning-warning tentang bagaimana kau membaca buku ini. Jujur saja warning dari buku ini nyaris buat saya tidak mau membaca lebih lanjut.  Tapi, saya sudah janji, jadi saya paksakan untuk baca.  Saat mati lampu, sendiri, di siang hari. Akhirnya karena ga ada kerjaan saya lahap habis buku ini.

Ini adalah buku paling banyak aturan yang pernah saya baca.  Aturan yang ada kemungkinan hanya fiktif dan dibuat-buat sama penulis, tapi memberi sugesti kuat bagi saya untuk menurutinya.  Oke mari kita mulai bicarakan soal isi buku.  Buku ini seperti layaknya sebuah kumpulan cerpen awalnya. Tapi, pelan-pelan saya mulai merasa bahwa buku ini ternyata adalah rangkaian kisah dalam satu setting dan satu tarikan timeline.

Kisah-kisah berdasarkan mitos-mitos yang antara benar dan tidak. Namun, hal begitu sudah amat biasa kita lihat, bukan?  Tapi, buku ini punya daya tarik.  Karena dikemas sedemikian unik. Jujur saja, saya baca banyak novel horor dan cuma yang satu ini bikin saya sempat lupa bernafas dan membuat tubuh saya kaku beberapa saat.  Karena apa? Cara sang penulis mendeskripsikan keadaan di dalam novel ini benar-benar menakutkan.

Soal karakterisasi? Saya jujur saja mengalami absurditas, bagaimana tidak? Saya bahkan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi?  Saya bertanya-tanya, namun justru itu membuat buku ini kesan horornya semakin terasa.  Sang penulis benar-benar membawa saya ke dalam dunia di dalam buku dan membuat saya merasakan penuh horor dan mitos yang ada.

Karena secara tidak langsung penulis seorang menceritakan pada saya, pengalaman-pengalaman yang saya alami adalah sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal aneh tak kasat mata.

Yang saya agak keluhkan dari novel ini adalah beberapa kali tulisan yang diulang-ulang. Walau repetitif, tapi tidak masalah sebenarnya.  Beberapa plot klise, tapi dikemas dengan apik membuat nih buku saya acungi jempol. Makasih karena bikin saya merinding dangdut!

Saatnya untuk Final Verdict untuk buku 13 saya berikan 9/10. What a great horror experience.

Terima kasih sudah membaca review saya.  Jangan lupa dengarkan kata Yui di samping.
<==

sampai jumpa hingga saya memikirkan sesuatu hal yang lain lagi.

2 komentar:

  1. Thanks for da review!

    Terima kasih sudah menikmati seperti saat saya menuliskannya juga!

    Jacob Julian, penulis Bleeding Survivor

    BalasHapus